Rembuk-Stunting-rote

Rembuk Stunting, 65 Desa di Rote Ndao jadi Lokus Stunting

Ba’a,- Sebagai upaya memperkuat komitmen semua pihak dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan aksi konvergensi serta akselerasi penurunan Stunting di Kabupaten Rote Ndao, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao menggelar Rembuk Stunting yang diselenggarakan pada, Sabtu (25/5/2019) yang bertempat di Auditorium Tii Langga.

Berbicara tentang stunting maka perlu diketahui bahwa istilah ini sebenarnya sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat perkembangan anak tidak maksimal. Ini akan berdampak terhadap produktivitas pada saat dewasa serta terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di daerah, stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit.

Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu,SE pada kesempatan tersebut saat memberikan sambutan mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisis situasi kita telah memperoleh 65 Desa Lokus Stunting yang baru di Kabupaten Rote Ndao.  Beberapa OPD terkait telah berkoordinasi di bawah pimpinan Bapelitbang untuk merumuskan rencana program kegiatan untuk percepatan pencegahan stunting pada masing-masing desa.

“dengan cara ini kita berharap dapat mempercepat pencegahan stunting di Kabupaten Rote Ndao”kata Bupati

Lanjut Bupati bahwa data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao menemukan bahwa prevalensi anak stunting di daerah ini adalah 46,7% dengan total 2690 anak. Ini adalah angka yang masih tergolong tinggi karena target nasionalnya adalah kita harus menurunkan prevalensi stunting hingga minimal 20% pada tahun 2023. Tentu untuk mencapai target nasional tersebut diperlukan suatu percepatan untuk penurunan stunting.

“ini bisa dicapai apabila semua pihak bersedia dan berkomitmen untuk saling bekerjasama dan berkoordinasi melalui kegiatan pertemuan koordinasi dan konvergensi rembuk stunting ini” ungkap Bupati Paulina

Perlu diingat bahwa upaya penanganan stunting bukan hanya urusan Dinas Kesehatan dan RSUD saja, tetapi urusan semua pihak yang hadir di sini di bawah koordinasi Bapelitbang Kabupaten Rote Ndao. Bappenas menekankan bahwa sektor kesehatan hanya berkontribusi 20% untuk penurunan stunting. sisanya diperlukan kontribusi lintas sektor sebesar 80%. di sini sudah hadir peserta dari lintas sektor.

Bupati juga pada kesempatan itu mengharapkan peran penting dari Bapelitbang untuk mengkoordinir lintas sektor terkait untuk bisa saling bekerja sama menangani masalah stunting di Kabupaten Rote Ndao.

“kita targetkan tahun ini prevalensi stunting di Rote Ndao menurun dari 46,7% menjadi 40% dan pada akhirnya tahun 2023 menjadi hanya 10% sesuai arahan Presiden Jokowi, karena itu dituntut koordinasi serta komitmen bersama dari lintas sektor serta berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Rote Ndao dalam mendukung upaya ini, sehingga pada akhirnya anak-anak kita kelak tumbuh menjadi generasi Rote Ndao yang cerdas, apa yang kita lakukan saat ini akan menyelamatkan satu generasi Rote Ndao ke depan” harap Bupati Rote Ndao

Diakhir kegiatan, ditandatangi Kesepakatan dan Komitmen Bersama penanggulangan stunting antara Pemda Rote Ndao, Dinkes Provinsi NTT, Bappeda Provinsi NTT, Kepala Puskesmas, Tokoh Agama dan  65 Kepala Desa. (dinkes/diskominfo-rn)

alkitab-rote-termanu

Lembaga Alkitab Indonesia Terbitkan Alkitab Bahasa Rote

Setelah melewati perjuangan selama 20 tahun, Tim Peneliti dan Penerjemahan Alkitab bahasa Rote yang didampingi Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) berhasil menerbitkan Alkitab dalam bahasa Rote Termanu. Alkitab ini merupakan Alkitab kedua yang menggunakan bahasa daerah di NTT. Alkitab pertama berbahasa Timor bernama “Sulat Knino Beno Alekot” karya misionaris asal Belanda Pieter Middelkoop sekitar satu abad lalu.

Kebaktian peluncuran berlangsung di Jemaat GMIT Agape Oele, Klasis Rote Tengah, Kecamatan Rote Selatan, dihadiri Ketua Bidang Kemitraan LAI, Pdt. Dr. Aristarkus Sukarto, Pdt. Emile Hauteas, mewakili Majelis Sinode GMIT, Stefanus Saek, Wakil Bupati Rote Ndao, Camat dan Kapolsek Rote Selatan, ketua-ketua klasis se-teritori Rote, para pendeta dan jemaat setempat, Selasa, (21/5).

Koordinator tim penerjemah Alkitab Bahasa Rote Termanu, Nikson Kiuk mengatakan penerbitan Alkitab ini melalui dua tahap yakni penerjemahan Alkitab Perjanjian Baru yang dimulai tahun 1999 dan selesai tahun 2004. Setelah itu dilanjutkan dengan Perjanjian Lama yang dimulai tahun 2005 hingga 2019.

Dalam sambutannya, Pdt. Aristarkus, menjelaskan bahwa pekerjaaan penerjemahan Alkitab ini membutuhkan waktu lama oleh karena proses penerjemahan menggunakan metode dynamic equivalence, yaitu metode penerjemahan yang mengutamakan kejelasan komunikasi bahasa. Ia berharap, Alkitab ini sungguh-sungguh dimanfaatkan oleh warga Kristen khususnya jemaat-jemaat GMIT di Rote.

“Dengan hadirnya Alkitab ini kami berharap warga gereja jangan hanya melihat Alkitab sebagai kitab hukum melainkan sebagai cermin, seolah-olah kita bertemu dan berhadapan dengan Tuhan,” ungkap Pdt. Aristarkus.

Dalam rangka peluncuran ini, ia menjelaskan, LAI mencetak lima ribu eksemplar. Seribu lima ratus diantaranya dibagikan secara gratis kepada jemaat-jemaat GMIT maupun denominasi Kristen lain yang hadir pada kegiatan ini.

Dalam mengerjakan projek penerjemahan ini, LAI melibatkan 10 orang peneliti dan penutur asli bahasa Rote Termanu terdiri dari: Pendeta Otniel Kiuk (alm.), Nixon Kiuk, Marthen Kiuk, Yoel Tulle, Godlif Pelandou (alm.), Gabriel Dethan, Filmon Ndun, Welly Ndaomanu, Elvi Pelandou, dan Octovianus Herodion.

Sedangkan Tim Peneliti khusus dan Pembina Penerjemah terdiri dari: Pdt. Prof. Dr. Samuel Haakh, Samuel Aritonang, M.Th, dan Hortensius Florimond.

Wakil Bupati Rote Ndao, Stefanus Saek dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada LAI, tim peneliti dan penerjemah dan Sinode GMIT yang bekerja sama mendukung penerbitan Alkitab ini.

“Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mendukung penuh kehadiran Alkitab Bahasa Rote Termanu ini. Bersama pihak gereja mari kita sama-sama memperkenalkan Alkitab ini kepada jemaat supaya bisa digunakan dengan baik guna meningkatkan kualitas ibadah-ibadah kita,” ungkap Stef.

Menerima sumbangan Alkitab sebanyak 400 eksemplar, Pdt. Andre Lulu, Ketua Mejelis Jemaat Suebela Barat, Klasis Rote Tengah, merasa bersyukur karena kehadiran Alkitab ini akan memudahkan anggota jemaatnya yang kebanyakan hanya berpendidikan sekolah dasar untuk memahami Firman Tuhan. Ia berencana memanfaatkannya dalam kebaktian minggu sebulan sekali. (MS-GMIT)

bgrm-16-rote-220519

Bupati Rote Ndao Paulina Haning Bullu mengajak seluruh masyarakat di Rote Ndao untuk membangkitkan kembali nilai nilai Gotong Royong yang sudah mulai pudar

Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu,SE membuka kegiatan Bulan Bakti Gotong Royong (BB-GRM)ke-16, Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-47 dan HARGANAS ke-26 serta Gelar Teknologi Tepat Guna Gelar TTG) ke-5 tingkat Kabupaten Rote Ndao tahun 2019 yang dilaksanakan di desa Papela, Kecamatan Rote Timur, Rabu (22/05/2019)

Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu,SE pada kesempatan itu mengatakan bahwa pencananngan Bulan Bakti Gotong Royong ini mempunyai tujuan untuk memotifasi serta menyadarkan dan menumbuhkembangkan semangat kebersamaan dan budaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan yang berbasis keluarga dan masyarakat.

Bupati mengajak semua unsur untuk merefleksi kembali nilai-nilai gotong royong yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat kita saat ini.

“kita harus jujur bahwa nilai-nilai itu semakin pudar, untuk itu dengan adanya Bulan Bakti Gotong Royong mari kita bangkitkan kembali semangat gotong royong agar nilai-nilai yang telah dibangun oleh leluhur kita tetap dilestarikan” ujar Bupati Paulina

Lebih lanjut Bupati mengatakan bahwa untuk saat ini kalau kita melihat didaerah kota nilai gotong royong itu sudah hampir tidak ada tetapi di desa-desa masih kita temua nilai-nilai gotong royong itu masih tetap dipertahankan, untuk itu, bagi kita yang berpendidikan tinggi, mempunyai pangkat tinggi harus melihat dan kembangkan itu didalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat

Untuk itu Bupati menghimbau kepada Kadis PMD Rote Ndao agar dapat menghadirkan semua tokoh adat, para camat, kepala desa untuk membahasnya bersama dan dituangkan dalam sebuah aturan yang mempunyai kekuatan hukum agar gotong royong itu menjadi pilar bagi masyaralat Rote Ndao kedepan

Bupati juga mengajak semua ASN yang hadir pada kesempatan itu untuk bisa mengunjungi stan-stan yang disiapkan oleh masing-masing desa ditempat itu dengan berbelanja minimal Rp. 500,- agar masyarakat dapat menikmati hasil dari para ASN itu sendiri sehingga dapat meningkatkan ekonomi dari masyarakatnya

“jangan hanya saat terima gaji lalu belanja semuanya di Kupang, tetapi mari belanja disini agar dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang ada di Rote Ndao” kata Bupati Paulina

Hadir pada kesempatan tersebut Ketua DPRD Rote Ndao beserta para anggota DPRD Rote Ndao, Wakil Bupati Rote Ndao, Forkopimda Rote Ndao, Sekda Rote Ndao beserta pimpinan OPD lingkup pemkab Rote Ndao, mantan Wakil Bupati Rote Ndao ke-3, Jonas C. Lun,S.Pd, Ketua dan Wakil Ketua TPKK Rote Ndao, para Camat serta seluruh kepala desa dan Lurah se-kabupaten Rote Ndao, para guru serta siswa SD,SMP dan SMA di kec. Rote Timur, tokoh agama dan tokoh adat. (dkisp)

harkitnas-20052019

Peringatan Harkitnas Tahun 2019 Tingkat Kabupaten Rote Ndao Berjalan dengan Lancar

Baa;- Hari ini, Senin (20/05/2019)  merupakan salah satu hari bersejarah dalam pergerakan di tanah air yaitu Hari Kebangkitan Nasional atau sering disebut Harkitnas yang jatuh pada tanggal 20 Mei tiap tahunnya dalam memperingati berdirinya organisasi Boedi Oetomo.

Pelaksanaan Harkitnas tahun 2019 tingkat Kabupaten Rote Ndao ini berlangsung di halam depan kantor Bupati Rote Ndao yang dimulai tepat pukul 08.00 Wita dengan inspektur upacara Dandim 1627 Rote Ndao, Letkol Kav Andriyan Wahyu Dwi Atmoko, S. I.P.

Peringatan Harkitnas 2019 tingkat kabupaten Rote Ndao ini dihadiri oleh Wakil Bupati Rote Ndao, Sekretaris Daerah bersama pimpinan OPD Lingkup Pemkab Rote Ndao, Unsur Forkopimda Rote Ndao, para tokoh agama dan tokoh masyarakat, para pegawai ASN lingkup pemkab Rote Ndao, para pelajar SD, SMP dan SMA disekitar kota Baa, serta 199 CPNSD Rote Ndao yang baru menerima SK 80% pada taggal 17 Mei 2019 kemarin.

Letkol Kav Andriyan Wahyu Dwi Atmoko, S. I.P saat membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika RI mengatakan bahwa peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-111, 20 Mei 2019, kali ini sangat relevan  jika  dimaknai  dengan  teks  Sumpah  Palapa.  Kita  berada  dalam  situasi pasca-pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita. Kita  mengaspirasikan  pilihan  yang berbeda-beda  dalam  pemilu,  namun  semua  pilihan pasti  kita  niatkan  untuk  kebaikan  bangsa.  Oleh  sebab  itu  tak  ada  masalahnya  jika dipertajam dan justru mengoyak persatuan sosial kita. Alhamdulillah,  sampai  sekarang  ini  tahap-tahap  pemilihan  presiden  dan  wakil presiden serta anggota legislatif berlangsung dengan lancar. Kelancaran ini juga berkat pengorbanan   banyak   saudara-saudara   kita   yang   menjadi    anggota   kelompok penyelenggara pemungutan suara, bahkan berupa pengorbanan nyawa. Sungguh mulia perjuangan mereka untuk menjaga kelancaran dan kejujuran proses pemilu ini. Sambil mengirim doa bagi ketenangan jiwa para pahlawan demokrasi tersebut, alangkah eloknya jika kita wujudkan ucapan terima kasihatas pengorbananmereka dengan bersama-sama menunggu secara tertib ketetapan penghitungan suara resmi yang akan diumumkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh undang-undang, dalam waktu yang tidak lama lagi.

Lanjut Menkominfo bahwa telah  lebih  satu  abad  kita  menorehkan  catatan  penghormatan  dan penghargaan  atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Dalam kondisi  kemajemukan  bahasa,  suku,  agama,  kebudayaan,  ditingkah  bentang  geografis yang  merupakan  salah  satu  yang  paling  ekstrem  di  dunia,  kita  membuktikan  bahwa mampu menjaga persatuan sampai detik ini. Oleh sebab itu, tak diragukan lagi bahwa kita pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat, dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu persatuan Indonesia. Apalagi  peringatan  Hari  Kebangkitan  Nasional  kali  ini  juga  dilangsungkan  dalam suasana bulan Ramadan. Bagi umat muslim, bulan suci ini menuntun kita untuk mengejar pahala  dengan  meninggalkan  perbuatan-perbuatan  yang  dibenci  Allah  SWT  seperti permusuhan  dan  kebencian,  apalagi  penyebaran  kebohongan  dan  fitnah.Hingga  pada akhirnya, pada  ujung  bulan  Ramadan  nanti,  kita  bisa  seperti  Mahapatih  Gadjah  Mada, mengakhiri puasa dengan hati dan lingkungan yang bersih berkat hubungan yang kembali fitri dengan saudara-saudara di sekitar kita. Dengan semua harapan tersebut, kiranya sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional,disematkan tema “Bangkit Untuk Bersatu”. Kita bangkit untuk kembali  menjalin  persatuan  dan  kesatuan  dalam  bingkai  negara  kesatuan  Republik Indonesia.Saudari-saudara sebangsa dan setanah-air,Bangsa  ini  adalah  bangsa  yang  besar.  Yang telah mampu  terus  menghidupi  semangat persatuannya selama  berabad-abad. Kuncinya ada dalam dwilingga salin suaraberikut ini: gotong-royong. Ketika  diminta  merumuskan  dasar  Negara Indonesia dalam  pidato  di  hadapan Badan   Penyelidik   Usaha-usaha   Persiapan   Kemerdekaan   Indonesia, Bung   Karno, menawarkan  Pancasila  yang  berintikan  lima  asas.  Namun  Bapak  Proklamator  Republik Indonesia tersebut juga memberikan pandangan bahwa jika nilai-nilai Pancasila tersebut diperas kedalam tiga sila, bahkan satu “sila” tunggal, maka yang menjadi intinya inti, core of the core, adalah gotong-royong. Menurut Bung Karno: “Jika kuperas yang lima ini menjadi satu, maka dapatlah aku satu  perkataan  yang  tulen,  yaitu  perkataan  gotong  royong. Gotong-royong  adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama.  Amal  semua  buat  kepentingan  semua,  keringat  semua  buat  kebahagiaan semua. (dkisp)

desa-wisata-lautmati

Disbudpar Gelar Workhsop Desa Wisata

Guna memberikan pemahaman kepada masyarakat dan perangkat desa mengenai destinasi wisata yang ada di Rote Ndao, maka Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Rote Ndao gelar Workhsop Desa Wisata bagi 50 peserta yang berlangsung di gedung Gereja Ebenhaezer Daiama, kecamatan Landu Leko, Sabtu (18/05/2019)

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Rote Ndao, Melkias Rumlaklak pada kesempatan itu menjelaskan bahwa di Kecamatan Landu Leko memiliki potensi alam yang dapat dijadikan destinasi wisata, salah satunya adalah destinasi wisata Teluk Mulut Seribu yang saat ini sedang mendapat perhatian khusus pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah Pusat, oleh karena itu masyarakat kecamatan Landu Leko, desa Daiama dapat memahami Desa Wisata dan bersama membangun daerah melalui sektor pariwisata serta meningkatkan ekonomi masyarakat yang ada pada Desa Wisata

Sementara itu Bupati Rote Ndao Paulina Haning Bullu Ketika membuka Kegiatan Workshop Desa Wisata serta meninjau lokasi destinasi wisata mulut seribu dan laut mati mengajak para wisatawan untuk berkunjung kedestinasi wisata yang ada di Rote Ndao terkhusus Laut Mati yang ada di desa Daurandale, kecamatan Landu Leko.
Bupati Paulina menambahkan bahwa di Indonesia hanya ada satu yaitu Laut Mati, yang mana di laut mati ini hidup ikan air tawar dan itu yang merupakan keunikan yang ada di Rote Ndao ini. Untuk itu mari berkunjung ke Rote Ndao (rudi/rri/dkisp)

Penandatanganan-Komitmen-Pncegahan-Stunting2

Bupati Mengajak Semua Sektor untuk Berkomitmen Menurunkan Stunting di Rote Ndao

Baa;- Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu,SE saat memberikan sambutan dalam penandatanganan komitmen bersama penurunan Stunting di Kabupaten Rote Ndao yang bertempat di gedung GPdI Bethesda Baa, Kamis (16/5/2019) mengharapkan dukungan semua pihak untuk turut mendukung dan berkomitmen dalam mempercepat pencegahan stunting di Kabupaten Rote Ndao sesuai bidang tugasnya masing-masing.

“hari ini saya hadir di tempat ini merupakan bukti komitmen saya secara serius untuk tercapainya percepatan penurunan stunting di bumi Ita Esa ini” kata Bupati

Lanjut Bupati, kalau kita bicara stunting, tetapi apa itu stunting? stunting sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (hpk), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat perkembangan anak tidak maksimal. Ini akan berdampak terhadap produktivitas pada saat dewasa serta terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di daerah ini kelak. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit.

Riset kesehatan dasar  Kementerian Kesehatan pada 2018 menemukan 30,8% anak Indonesia mengalami stunting. Prevalensi ini turun dari angka 37,2% pada tahun 2013, tetapi angka stunting tetap tinggi dan masih terdapat 2 (dua) provinsi di Indonesia dengan prevalensi stunting di atas 40%, salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Data dari riset kesehatan dasar  tahun 2018 juga menunjukkan bahwa prevalensi anak stunting di Kabupaten Rote Ndao adalah 46,7% dengan total 2.690 balita stunting, ini adalah angka yang tergolong tinggi karena target nasionalnya adalah kita harus menurunkan prevalensi stunting hingga minimal 20%.

Lebih lanjut Bupati mengatakan bahwa untuk mencapai target nasional tersebut diperlukan suatu upaya percepatan untuk penurunan stunting. Ini bisa dicapai apabila semua pihak bersedia dan berkomitmen untuk saling bekerjasama dan berkoordinasi dalam berbagai program dan kegiatan secara kolaboratif dan terintegrasi sehingga dapat mengatasi berbagai faktor determinan yang mengakibatkan terjadinya stunting. Upaya ini dimulai melalui pertemuan penguatan komitmen dan pelaksanaan intervensi spesifik lintas program terkait penurunan stunting pada hari ini. Dengan adanya kegiatan pertemuan ini diharapkan semua pihak bisa saling berkoordinasi dengan baik demi terwujudnya penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Rote Ndao. Selain itu diharapkan hasil pertemuan ini dapat terbentuk SK Tim Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Rote Ndao.

Bupati juga mengingatkan bahwa agar penanganan stunting bukan hanya urusan Dinas Kesehatan dan RSUD saja, tetapi urusan semua pihak yang hadir di sini termasuk seluruh komponen masyarakat yang peduli terhadap masalah stunting. Karena itu di sini sudah hadir peserta dari lintas sektor yang diharapkan bisa saling bekerja sama menangani masalah stunting di Kabupaten Rote Ndao, karena itu Dinas Kesehatan hanya mengurus 30% dari intervensi spesifik, sisanya diperlukan upaya lintas sektor sebanyak 70% untuk mengatasi stunting di Kabupaten Rote Ndao.

“sekali lagi, melalui kesempatan ini saya perlu kembali tekankan bahwa penurunan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan terintegrasi, ini bukan pekerjaan orang Dinas Kesehatan saja, tetapi juga tanggung jawab bersama lintas sektor dan masyarakat, artinya, keberhasilan kita dalam menurunkan prevalensi stunting di daerah ini merupakan keberhasilan semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini” ujar Bupati Paulina

Bupati Paulina menargetkan tahun ini prevalensi stunting di Rote Ndao menurun dari 46,7% menjadi 40% dan pada akhirnya tahun 2023 menjadi hanya 10% sesuai arahan Bapak Presiden Jokowi, karena itu dituntut koordinasi serta komitmen bersama dari lintas sektor serta berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Rote Ndao dalam mendukung upaya ini, sehingga pada akhirnya anak-anak kita kelak terhindar dari masalah stunting atau tumbuh kerdil ini.

“apa yang kita lakukan saat ini akan menyelamatkan satu generasi Rote Ndao ke depan, lakukanlah dengan hati seperti hati seorang ibu kepada anak-anaknya” ungkap Bupati perempuan pertama di NTT ini

Peserta yang hadir pada kegiatan ini berasal dari lintas sektor yaitu Bappeda, Bagian Hukum dan Perundangan, Camat, Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemerintahan Masyarakat Desa, Dinas Pendidikan, Kepemudan dan Olahraga, Dinas Pertanian, Dinas Perikanan, Dinas Kominfo, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan KB, Dinas Sosial, dan RRI yang berjumlah 60 orang. (dinkes/diskominfo-rn)

potensi-perikanan-rote-1

PERIKANAN

Pembangunan perikanan diarahkan pada perikanan moderen yang beroreantasi pada agrobisnis, berbudaya industri, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.  Penggelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan juga dilakukakan secara rasional, efesien, berhasil dalam mewujudkan, memberdayakan serta meningkatkan kesejahteraan petani nelayan yang profesional, maju dan mandiri melalui eksploitasi, eksplorasi dan konservasi kekayaan laut berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Sumberdaya perikanan dan kelautan, baik perikanan tangkap maupun budidaya sangat potensial untuk dikembangkan guna mendorong pembangunan perikanan terutama di wilayah Kabupaten Rote Ndao.  Sumberdaya tersebut diantaranya jenis-jenis ikan pelagis dan demersalseperti ikan kembung (Rastrelling sp), ikan teri (Stelophorus sp), ikan tembang (Sardinella sp), kerapu (Epinephelus sp), ikan lencam (Lethrinus sp), ikan kakap (Lutjanus sp) dan sebagainya sedangkan jenis rumput laut seperti Euchemacottonii, hallymenia dan shakol serta pengolahan hasil perikanan seperti ikan asin, dodol rumput laut dan sebagainyaSumberdaya diperkirakan memiliki potensi tangkap lestari ikan mencapai 17.875 ton/tahun.  Potensi yang baru dimanfaatkan rata-rata/tahun 30-40%.  Luas lahan untuk kegiatan budidaya cukup besar yaitu 32.675 Ha dengan pemanfaatan baru mencapai 10 Ha. Potensi  tersebut didukung oleh berbagai kehidupan komunitas perairan diantaranya ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove yang masih baik serta potensi budidaya budidaya rumput laut selain itu juga terdapat beberapa sungai/kali kecil yang merupakan daerah estuaria yang subur. Faktor lain yang turut  mendukung potensi perikanan di Kabupaten Rote Ndao adalah tingkat pencemaran industri dan rumah tangga masih rendah serta penggunaan alat tangkap masih bersifat sederhana/tradisional.

Peningkatan produksi perikanan terus dilakukan diantaranya melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perairan melalui kegiatan dan program, khususnya daerah pesisir yang diprioritaskan pada komoditi ekonomis penting. Untuk itu strategi pembangunan perikanan dititik beratkan pada alat tangkap, alat bantu penangkapan moderen maupun sarana dan prasrana budidaya rumput laut guna pemanfaatan sumberdaya perikanan yang belum tereksploitasi.

Salah satu cara yang ditempuh dalam upaya peningkatan hasil-hasil usaha perikanan adalah penggunaan metode dan alat tangkap yang sesuai dengan kondisi perairan tanpa merubah atau mengurangi keseimbangan lingkungan perairan tersebut, terutama  perairan pantai yang merupakan sumber perikanan tangkap.

Permasalahan didalam Gerak maju pembangunan Daerah dalam mengelola potensi sumberdaya perikanan masih  Kurangnya alat tangkap beserta perlengkapan baik secara kuantitas maupun kualitasnya sehingga mengakibatkan tingkat penangkapannya rendah, Struktur armada masih didominasi oleh armada tradisional, Kurangnya sarana  dan prasarana budidaya, Rendahnya pengetahuan teknis/teknologi (penangkapan, pembudidayaan dan pemasaran) pada tingkat nelayan dan petani, Organisasi nelayan dan pembudidayaan yang masih sangat lemah dalam struktur dan efektifitas manajemen rendah, Terbatasnya sumberdaya finansial untuk menunjang sektor kelautan dan perikanan, Kurangnya data pendukung yang lengkap dalam menunjang pengelolaan wilayah pesisir, Kurangnya aparat/tenaga teknis dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan. Berbagai permasalahan diatas, diperlukan perubahan-perubahan dari sentuhan dan perlakuan dari berbagai pihak, baik itu berupa bantuan dana atau modal usaha, sarana dan prasarana maupun upaya peningkatan SDM, demi memberdayakan ekonomi masyarakat Kabupaten Rote Ndao.   Umumnya masyarakat pesisir dan secara khusus masyarakat nelayan penangkapan ikan, petani budidaya rumput laut dan pemasaran hasil perikanan.

A.  Potensi Perikanan :

  • Luas Perairan : 376 Km2                      
  • Panjang Garis Pantai :  330 Km
  • Lebar Garis Pantai :  7,2 Km
  • Perikanan Tangkap Lestari : 875 Ton/Tahun
  • Perikanan Tangkap yang Diperbolehkan : 300 Ton
  • Budidaya Laut : 675 Ha
  • Budidaya Perairan : 127 Ha
  • Budidaya Pantai : 12937 Ha
  • Budidaya Rumput Laut : 000 Ha
  • Budidaya Mutiara : 30 Ha
  • Tambak Garam : 206 Ha
  • Ekosistem Terumbu Karang : 714 Ha
  • Vegetasi Mangrove : 232 Ha
  • Balai Benih Ikan (BBI) : 3 Ha
  • Kawasan Minapolitan : 58 Buah
  • Sentral Kawasan Minapolitan : 3 Buah

B.  Pemanfaatan Potensi Sumber Daya

  • Perikanan Tangkap (Catch) : 310 Ton/Tahun
  • Lahan BudidayaMutiara : 5 Ha
  • Lahan Budidaya Rumput Laut :  214 Ha
  • Lahan Budidaya Payau                                             : 5 Ha
  • Lahan Budidaya Perikanan Darat (Air Tawar) : 5 Ha
  • Lahan Tambak Garam : 5 Ha

C.  Produksi Perikanan Tangkap Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan, terdiri dari :

  • Ikan Demersal (Kerapu, Beronang, Kakap, dan lain-lain) =  368 Ton/Tahun
  • Ikan Pelagis (Tongkol, Cakalang, Kembung, Tembang dan lain-lain) =  942 Ton/Tahun
  • Pengolahan Hasil Perikanan =  92 ton/Tahun
  • Pengumpul/Pedagang/Pengecer =  249 orang
  • Perikanan Darat (Nila, Karper, Mujair, Lele, Bawal dan lain-lain) =  4 Ton/Tahun

D.  Armada

  • Jukung : 1.555 Unit
  • Perahu Tanpa Motor : 122 Unit
  • Kapal Motor : 246 Unit
  • Ketinting : 383 Unit
  • Perahu Layar : 59 Unit

E.  Alat Tangkap

  • Bagan Apung : 12 Unit
  • Bagan Tancap : 4 Unit
  • Pancing Tangan : 407 Unit
  • Rawai Dasar        : 77 Unit
  • Gill Net : 1.799 Piece
  • Jala Tebar : 87 Unit
  • Purse Seine : 49 Unit
  • Pancing Tonda : 203 Unit

F.  Pelabuhan Perikanan Rakyat : 24 buah (Papela, Mukekuku, Maioe, Korlok, Oeledo, Tesabela, Sonimanu,

Oenggae, Hala, Tulandale,  Namodale,Baadale, Daudolu, Mbueain, Oebou, Hundihuk, Oelaba, Tolama, Tasilo,

Say, Ndao, Nuse, Oeseli dan Batutua).

G.  Infrastruktur Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) : Break Water, Tambatan Perahu (jeti), Pelataran, Pasar Ikan,

Pabrik Es Kapasitas produksi 10 Ton dan Cool Storage Kapasitas 30 Ton.

DATA PRODUKSI  IKAN DAN NON IKAN KOMULATIF TAHUN 2006 – 2016

         No        Jenis      Komoditi   Produksi  (Ton)         Ket.
       2006        2007         2008       2009        2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
I. Ikan :              
1  Ikan Pelagis 1.647 1.902 2.100 1.800       594          811 747 1.430 1.521 1.789 1.942 Basah
2 Ikan Demersal      1.138      1.268      1.400         571       396         706 814 1.225 1.225 1.470 1.368 Basah
Jumlah 2.785 3.170 3.500 2.371 990 1.517 1.559 2.632 2.746 3.259 3.310           Basah
II. Non Ikan :                  
1 Rumput Laut 5.086 6.505 6.127 7.334 1.512,50 946 903 2.179 2.179 18.230 16.074 Kering
2 Mutiara (gram)             –            –              –      5.122  4.777,90            – Gram
3  Cumi-Cumi        3,12      19,98      35,71      52,17        8,96            – 20,48 49.13 109 112 Kering
4 Teripang 70 92 32 32 77 66 34 5 35 39

 

sasando

Alat Musik Sasando

Sasando adalah salah satu alat musik tradisional dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sasando ini merupakan alat musik berdawai tanpa mempunyai cord dan dimainkan dengan cara dipetik dengan menggunakan jari. Alat musik satu ini hampir sama dengan alat musik tradisional seperti Kecapi atau Harpa, namun memiliki bentuk dan suara yang sangat khas. Sasando merupakan salah satu alat musik yang sangat terkenal, tidak hanya di Indonesia saja, namun juga sampai luar negeri.

Sejarah Sasando

Sasando merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). ada beberapa versi cerita yang mengisahkan tentang awal mula Sasando ini. Salah satu cerita yang banyak berkembang di masyarakat adalah kisah Sangguana yang terdampar di Pulau Ndana dan jatuh cinta dengan putri Raja. Mengetahui Sangguana jatuh cinta kepada putrinya, sang Raja pun memberikan syarat untuk menerima Sangguana. Sangguana diminta untuk membuat alat musik yang berbeda dengan alat musik lainnya.

Pada suatu ketika, Sangguana pun bermimpi. Dalam mimpi tersebut dia memainkan alat musik yang berbentuk indah dan memiliki suara yang merdu. Dari situlah Sangguana membuat alat musik yang disebut dengan Sasando dan diberikan kepada sang Raja. Raja pun kagum dengan alat musik yang dibuat oleh Sangguana, dan kemudian Raja menikahkan putrinya dengan Sangguana.

Secara harfiah nama Sasando berasal dari bahasa Rote, yaitu “Sasandu” yang berarti “bergetar atau berbunyi”. Sasando ini sering dimainkan untuk mengiringi nyanyian, syair,tarian tradisional dan menghibur keluarga yang berduka. Pada saat ini, Sasando tidak hanya terkenal dan terdapat di daerah Pulau Rote saja, namun juga terdapat di daerah lain di Nusa Tenggara Timur seperti Kupang dan daerah lainnya.

Fungsi Dan Makna Sasando

Sasando ini merupakan salah satu alat musik yang memiliki suara bervariasi, sehingga dapat dimainkan dalam genre yang bervariasi seperti musik tradisional, pop, dan genre musik lainnya yang bukan musik elektrik. Dalam masyarakat Rote sendiri, Sasando sering dimainkan untuk mengiringi tarian, lagu, syair dan acara hiburan lainnya.

Bentuk Sasando

Sasando ini memiliki bentuk yang sangat unik dan berbeda dengan alat musik berdawai lainnya. Pada bagian utama Sasando ini berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu khusus. Bagian bawah dan atas bambu terdapat tempat untuk memasang dan mengatur kencangnya dawai. Pada bagian tengah  bambu biasanya diberi senda (penyangga) dimana dawai direntangkan. Senda ini digunakan untuk mengatur tangga nada dan menghasilkan nada yang berbeda di setiap petikan dawai. Sedangkan wadah untuk resonansi berupa anyaman daun lontar yang sering disebut haik.

Cara Memainkan Sasando

Walaupun merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipetik, namun sasandu memiliki cara yang berbeda dengan alat musik petikan lainnya. Sasando biasanya dimainkan menggunakan kedua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan accord, sedangkan tangan kiri sebagai melodi atau bass.

Untuk memainkan Sasando ini tentu tidak mudah, karena di butuhkan harmonisasi perasaan dan teknik, sehingga menghasilkan nada yang pas dan merdu. Selain itu keterampilan jari dalam memetik sangat diperlukan. Hampir sama dengan alat musik Harpa keterampilan dalam memetik dawai sangat mempengaruhi suara apalagi bila memainkan nada tempo cepat maka  keterampilan tangan sangat diperlukan.

Jenis Sasando

Sasando ini memiliki jenis yang berbeda-beda. Menurut perkembangannya, Sasando dibagi menjadi dua tipe yaitu tradisional dan elektrik. Sasando tradisional merupakan bentuk Sasando aslinya dan dimainkan tanpa alat elektronik seperti amplifier atau akustik. Sedangkan Sasando elektrik merupakan jenis Sasando yang bisa dimainkan dengan alat elektronik. Biasanya Sasando elektrik dimainkan dalam panggung besar atau pertunjukan modern.

Berdasarkan suaranya, Sasando juga dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya seperti Sasando engkel, Sasando dobel, Sasando gong dan Sasando biola. Sasando engkel merupakan jenis Sasando yang memiliki 28 dawai. Untuk Sasando dobel biasanya memiliki 56 atau 84 dawai, sehingga memiliki lebih banyak jenis suara. Untuk Sasando gong, merupakan jenis Sasando yang memiliki suara hampir menyerupai suara gong. Sedangkan Sasando biola merupakan Sasando yang memiliki suara hampir sama dengan suara biola. Tentunya penggunaan setiap jenis Sasando disesuaikan dengan keahlian setiap pemain dan kebutuhan pertunjukan.

Perkembangan Sasando

Alat musik Sasando masih terus dilestarikan dan dikembangkan hingga sekarang. Seperti yang dikatakan sebelumnya, saat ini Sasando telah dikembangkan menjadi beberapa jenis, baik dalam segi suara bahkan juga dibuat musik elektrik. Saat ini Sasando juga masih sering dimainkan untuk mengiringi lagu, syair, dan tarian tradisional. Selain itu Sasando juga sering ditampilkan dalam bentuk orkestra maupun pertunjukan solo. Suaranya yang merdu dan indah membuat banyak orang tertarik akan musik tradisional satu ini. Bahkan pesona suara musik Sasando tidak hanya dikenal di masyarakat lokal saja, namun juga dikenal baik dalam negeri maupun manca negara.

rumah-adat-rote

Rumah Tradisional Pulau Rote

Rumah unik dari pulau lontar atau Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu pulau yang daratannya di hiasi Pohon Lontar, masyarakat sekitar biasa menyebutnya Pohon Tuak, dan juga di kelilingi oleh lautan luas yang indah dan beragam, bahkan ada salah satu pantai yang terkenal dengan keindahan laut dan ombaknya bahkan terkenal sampai ke manca negara dan di jadikan Tournament Surfing International pada bulan September-Oktober setiap tahunnya di pantai Nemberala atau pantai Bo’a

Namun kali ini tidak akan dibahas tentang keindahan laut tapi keunikan Rumah Tradisonal yang terletak dekat laut. Rumah tradisional Rote memilki bentuk, struktur, konstruksi, dan material yang unik yang di sesuaikan dengan kondisi lingkungan pulau Rote. Pada atap memiliki kemiringan yang curam menggunakan penutup daun alang-alang atau daun kelapa ataupun daun pohon lontar. Pondasi rumah menggunakan konstruksi tiang kayu yang ditanam dalam tanah. Dinding rumah tradisional dari batang daun pohon kelapa (pelepah) masyarakat sekitar menyebutnya kayu bebak, papan kayu, papan batang kelapa atau papan batang pohon lontar, tapi pada umumnya menggunakan masyarakat sekitar pelepah sedangkan lantai rumah masih tanah alami tanpa di lapisi apapun.