SONY DSC

Pertanian

Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura

Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi pertanian yang besar dan beraneka ragam, namun masih sedikit atau belum obtimal pemanfaatannya. Luas areal potensi pertanian lahan basah yang sudah dimanfaatkan sebesar 12.968 Ha untuk padi sawah dan 10.668 Ha untuk padi gora. Sedangkan luas areal lahan kering sebesar 4.531 Ha yang sudah dimanfaatkan untuk budidaya komoditas agribisnis. Komoditas yang menonjol sebagai komoditas andalan dan mempunyai peluang bisnis adalah padi, jagung, sorgum, bawang merah, lombok, semangka dan kacang tanah.

Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura tahun 2015-2017

 

 Luas Tanam (Ha)  Luas Panen (Ha)  Produktivitas (KW/Ha)  Produksi (Ton)
No  Jenis Tanaman  Tahun 2015  Tahun 2016  Keadaan s/d Mei 2017  Tahun 2015  Tahun 2016  Keadaan s/d Mei 2017  Tahun 2015  Tahun 2016  Keadaan s/d Mei 2017  Tahun 2015  Tahun 2016  Keadaan s/d Mei 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Padi Sawah 12.968 7.504 7.504 12.432 7.504 7.504 38 46 46 47.206 37038 37.038
2 Padi Gora 10.668 10.668 3.837 3.837 42 42 18.752 18.752
3 Padi Ladang 1.020 999 43 4.300
4 Jagung 3.687 3.263 3.263 2.262 3.034 3.034 26 29 29 5.881 8.851 8.851
5 Kacang Tanah 434 456 456 423 426 426 27 23 23 1.134 1.002 1.002
6 Kacang Hijau 150 187 187 142 187 187 6 6 5 114 114 114
7 Ubi Kayu 312 272 272 116 272 272 75 114 114 870 3.102 3.102
8 Ubi Jalar 137 140 140 120 140 140 42 86 86 504 1.209 1.209
9 Sorgum 332 212 212 315 212 212 1 1 1 32 40 40
 Jumlah 19.040 22.702 22.702 16.809 15.612 15.612 32.19 57.56 57.56 60.040 70.132 70.132

Hasil produksi padi dan jagung sudah dapat memenuhi kebutuhan pangan Kabupaten Rote Ndao sedangkan bawang merah dan semangka sudah dapat dijual keluar dan mendominasi pasar di beberapa Kabupaten tetangga seperti : Kabupaten Kupang, TTS, TTU dan Belu. Untuk itu perlu dikembangkan lebih lagi, baik dalam budidaya maupun pemasaran sehingga dapat mencapai pasar nasional dengan harga yang kompetitif.

Selain itu Kabupaten Rote Ndao memiliki komoditas unggulan yaitu kacang tanah yang spesifik dan hanya ada di Kabupaten Rote Ndao namun belum dikembangkan secara obtimal. Potensi- potensi ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan mengingat masih banyak potensi lahan yang belum dimanfaatkan, tersedianya tenaga kerja dan peluang pasar yang masih terbuka baik lokal, regional dan nasional.

Perkebunan

Komoditi perkebunan di Kabupaten Rote Ndao antara lain : kelapa, lontar, jambu mente, jarak, pinang dan kapuk.

Luas areal tanaman kelapa mencapai 4.748 Ha dengan produksi tahun 2016 sebesar 3.468 ton / tahun. Ada beberapa bentuk hasil kelapa yakni : kelapa muda, kopra, minyak goreng dan minyak VCO ( Virgin Coconut Oil ). Sedangkan hasil lain seperti serabut, tempurung dan air kelapa belum dimanfaatkan.

Lontar memiliki luas tanam sebesar 16.606 Ha dengan produksi nira pada tahun 2016  mencapai 929,84 ton dimana hasil olahannya dalam bentuk gula cair, gula merah, gula semut, cuka dan minuman khas beralkohol tinggi ( sopi / arak ). Lontar sudah menjadi simbol budaya karateristik orang Rote karena mencakup seluruh lapisan masyarakat dan menghiasi berbagai tatanan budaya masyarakat. Selain menghasilkan nira, daun lontar dapat dijadikan anyaman tikar, topi ti’i langga, alat musik sasando, nyiru, piring makan, penampung air ( haik ), atap rumah dan aneka anyaman lainnya. Pelepa sampai batangnya dijadikan bahan bangunan, meubelair dan aneka souvenir lainnya.

Selain komoditi tersebut, jambu mete dan jarak yang merupakan komoditi prospektif untuk industri masih berpeluang untuk dikembangkan di 10 kecamatan se-Kabupaten Rote Ndao karena memiliki kecocokan agroklimat dan ketersediaan lahan yang masih sangat luas.

Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan
No  Komoditi  Luas (Ha)  Jumlah  Produksi (Ton)
TBM TM TT/TR
Tahun 2015 Tahun 2016 Keadaan s/d Mei 2017 Tahun 2015 Tahun 2016 Keadaan s/d Mei 2017 Tahun 2015 Tahun 2016 Keadaan s/d Mei 2017 Tahun 2015 Tahun 2016 Keadaan s/d Mei 2017 Tahun 2015 Tahun 2016 Keadaan s/d Mei 2017
1 2 3 4 5   9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Kelapa 634 784,14 784,14 3.487 3.474,18 3.474,18 479 489,69 489,69 4.650 4.748,01 4.748,01 3.483 3.468,20 3.468,20
2 Lontar 4.120 4.107,65 4.107,65 4,856 4.834,97 4.834,97 7.606 7.660,71 7.660,71 16.622 16.606,33 16.603,33 988 929,84 929.84
3 Kapuk 36 33,45 33,45 341 332,94 332,94 515 504,16 504,16 392 870,55 870,55 36 32 32
4 Jarak 360 381,19 381,19 97 49,30 49,30 62 86,21 86,21 419 516,70 516,70 14 17,33 17,33
5 Pinang 17 12,90 12,90 73 68,18 68,18 16 14,64 14,64 106 95,72 95,72 30 22,26 22,26
6 Jambu Mete 307 313,47 313,47 189 185,65 185,65 812 828,60 828,60 1.308 1.327,72 1.327,72 66 49,70 49,70
 Jumlah 5.424 5.632,80 5.632,80 9.043 8.945,22 8.945,22 9.530 9584,01 9.584,01 23.997 24.162,03 24.164,03 4.617 4.519,33 4.519,33

kehutanan_1

Kehutanan

 Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Rote Ndao menurut fungsinya yang sudah ditata batas sampai tahun 2018 seluas 17.019,84 yang terdiri dari 7.657,17 ha hutan lindung dan 9.362,67 ha hutan produksi, yang dari luas kawasan tersebut didalamnya terdapat hutan Konservasi yang terdiri dari hutan Suaka Margasatwa 2.262 ha, hutan Taman Buru 1.418,67 ha, Hutan Rakyat 6.549 ha, hutan Mangrove 1.899,17 ha. Dari Total luas lahan tersebut terdapat lahan yang kritis yaitu di dalam kawan seluas 10.486,98 ha dan di luar kawan hutan seluas 69.568,72 ha. Lahan kritis ini hampir menyebar secara merata di tiap kecamatan. Hasil hutan yang teridentifikasi berupa kayu campuran dan kayu jati.

Produksi kayu tersebut dapat berupa kayu bulat maupun kayu bakar. Produksi kayu jati bulat dalam beberapa kelas di Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2015 sebesar 112.72.. m kubik . Hasil ini terbanyak dihasil oleh kecamatan Rote Barat Laut. Produksi kayu non jati (campuran) sebesar 119 m kubik . Potensi luas pengembangan hutan jati di Kabupaten Rote seluas 3.942 ha dengan potensi produksi kayu jati/tahun sebesar 58.538,70 m kubik. Pohon kosambi yang tumbuh dikawasan hutan maupun di luar kawasan hutan merupakan potensi sumberdaya hutan yang dapat di daya gunakan sebagai tanaman inang budidaya Kutu Lak yang akan menghasilkan Seedlak. Budidaya kutulak merupakan alternatif yang sangat menjanjikan dalam usaha tani kehutanan karena potensin potensi pohon kosambi yang sangat besar di Kabupaten Rote Ndao.

Selain itu pula kegiatan pengembangan kutulak merupakan pemberdayaan masyarakat yang tinggal disekitar hutan untuk tetap menjaga dan melestarikan fungsi hutan. Salah satu industri kehutanan yang dapat dikembangkan adalah pengolahan kayu (woodworking). Perkembangan produksi wood working di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup pesat, dengan rata-rata peningkatan 28,1% per tahun dalam kurun waktu 1987-1993. Demikian pula perkembangan produksi furniture di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup pesat, dengan rata-rata peningkatan 21,8% per tahun dalam kurun waktu 1992-1998. Dalam lima tahun terakhir ini permintaan akan produk woodworking di pasaran dunia tergolong cukup tinggi. Naiknya permintaan tersebut antara lain disebabkan oleh semakin langkanya bahan baku log atau kayu gergajian di pasaran dunia.

Hal ini seperti diketahui negara Malaysia, Philippina, Mexiko, Kanada, Indonesia mulai membatasi kayu log dan kayu gergajian sebagai produk ekspor. Indonesia sendiri sebagai dikemukakan telah melarang kayu ekspor log sejak 1985 dan membatasi ekspor kayu gergajian sejak tahun 1989. Kebijaksanaan tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan ekspor produk kayu setengah jadi menjadi produk jadi.

Dari data terakhir potensi Kehutanan di Kabupaten Rote Ndao meliputi areal kawasan hutan seluas 17.019,84 Ha yang terdiri dari :

  • Hutan lindung  7.657,17 Ha
  • Hutan produksi 9.362,67 Ha
  • Hutan Mangrove 1.899,17 Ha

Selain itu terdapat pohon kusambi sebagai tanaman inang kutulak ( seed lack ) + 1.826.950 pohon yang tersebar di 10 kecamatan dengan pengembangan baru mencapai + 15.648 pohon dengan produksi 18.784 kg. Hasil ikutan kehutanan berupa minyak kayu putih, sarang burung walet dan madu.

Pohon Lontar

Kawasan kepulauan Kabupaten Rote Ndao ini dimana salah satu potensi kekayaan yang menonjol adalah pohon lontar sehingga Rote Ndao disebut sebagai pulau Lontar karena secara alamiah tumbuh dan berkembang diseluruh kecamatan dengan luas areal + 13.316 Ha ( + 5.326.400 pohon).

Pohon lontar disebut juga pohon kehidupan atau pohon industri karena manfaat dari pohon lontar tersebut serta pengolahan ikutannya cukup luas jika dikembangkan dan beriorentasi pada pasar dalam negeri maupun eksport seperti :

  1. Nira :

Air Nira pohon lontar dapat diproses lebih lanjut menjadi alkohol dengan tingkat kadar ethanol mencapai 20 %-80 %

  • Bahan baku pembuatan anggur serta minuman lainnya
  • Kecap manis, asin dan kecap turis
  • Gula merah, gula air (cair)
  • Gula semut
  • Dapat diujicobakan lebih lanjut menjadi gula kristal maupun gula pasir.
  1. Buah Pohon Lontar
    • Buah muda dapat dibuat menjadi minuman segar dan Nata de Lontar
    • Buah tua bahan baku untuk make up (Bahan Lulur, dll)
  2. Daun Lontar
    • Aneka kerajinan anyaman berupa : Topi Ti’i Langga, Sasando baik dalam ukuran besar sampai dengan ukuran miniatur (souvenir)
    • Anyaman tradisional untuk tempat – tempat penampungan, tikar dll.
    • Untuk atap rumah tempat tinggal rakyat didaerah pedesaan maupun rumah dalam bentuk kotiks didaerah – daerah obyek wisata dsb.
  3. Pelepah Lontar
    • Pemebuatan tali tradisional
    • Serat pelepah untuk pembuatan topi haji, pet, topi cowboy dll.
  4. Pohon Lontar (batang)
    • Pembuatan meubeler berupa kursi, meja dan lain – lain.
    • Ramuan rumah berupa kosen, pintu, jendela, balok, usuk dll.

Poduksi lontar terdapat disemua kecamatan se-Kabupaten Rote Ndao rata–rata produksi pertahun sbb :

  • Gula Semut terdapat di :
  • Lobalain (Desa Kuli) dengan produksi pertahun : 2 ton
  • Rote Barat Daya (Desa Oetefu) dengan produksi pertahun : 2,5 ton
  • Rote Barat Laut (Desa Daudolu) dengan prduksi pertahun : 2 tahun
  • Gula Lempeng terdapat di :
  • Lobalain dengan produksi pertahun : 25 ton
  • Rote Tengah dengan produksi pertahun : 42,5 ton
  • Pantai Baru dengan produksi pertahun : 40,5 ton
  • Rote Timur dengan produksi pertahun : 40,5 ton
  • Rote Barat Laut dengan produksi pertahun : 47,5 ton
  • Rote Barat Daya dengan produksi pertahun : 50,5 ton
  • Gula Batu Meni terdapat di :
  • Rote Barat Laut dengan produksi pertahun : 1 ton
  • Rote Barat Daya dengan produksi pertahun : 1 ton
  • Gula Air terdapat di :
  • Lobalain dengan produksi pertahun : 378 ton
  • Rote Tengah dengan produksi pertahun : 418 ton
  • Pantai Baru dengan produksi pertahun : 400 ton
  • Rote Timur dengan produksi pertahun : 415 ton
  • Rote Barat Laut dengan produksi pertahun : 475,5 ton
  • Rote Barat Daya dengan produksi pertahun : 520,5 ton
  • Kecap dan Kecap Turis terdapat di :
  • Lobalain dengan produksi pertahun : 150 liter
  • Rote Tengah dengan produksi pertahun : 40 liter
  • Pantai Baru dengan produksi pertahun : 50 liter
  • Rote Timur dengan produksi pertahun : 50 liter
  • Rote Barat Laut dengan produksi pertahun : 60 liter
  • Rote Barat Daya dengan produksi pertahun : 50 liter
  • Anyaman (Topi Ti’i Langga) terdapat di :
  • Lobalain dengan produksi pertahun : 60 buah
  • Rote Tengah dengan produksi pertahun : 50 buah
  • Pantai Baru dengan produksi pertahun : 50 buah
  • Rote Timur dengan produksi pertahun : 55 buah
  • Rote Barat Laut dengan produksi pertahun : 125 buah
  • Rote Barat Daya (Ti’i Langga) dengan produksi pertahun : 120 buah, (sasando) dengan produksi pertahun : 50 buah

KUTULAK / SEDELAK

Permintaan dunia akan komoditas agro antara lain SEEDLAK sangat tinggi dan cenderung bertambah setiap tahun sejalan dengan berkembangnya ilmu dan teknologi (Iptek) khusus Ilmu dan Teknologi di bidang Kesehatan dan Elektronik/Telekomunikasi. Kebutuhan tersebut belum dapat dipenuhi oleh negara penghasil SEEDLAK dunia diantaranya negara India.

Kabupaten Rote Ndao dapat dijadikan salah satu kawasan baru sentra produksi SEEDLAK nasional di Propinsi Nusa Tenggara Timur karena memiliki keunggulan komperatif antara lain:

Memiliki kawasan tanaman KUSAMBI sebagai TANAMAN INANG bagi KUTULAK yang luas dengan populasi tinggi dan padat

  • Produktivitas dan kualitas tinggi per satuan pohon
  • Budidaya singkat, biaya murah
  • Penduduk yang bermukim sekitar kawasan mempunyai kemampuan menular dan mengembangkan KUTULAK sebagai penghasil SEEDLAK.

Pengembangan Kutulak / Seedlak dilaksanakan dengan pendekatan kawasan sentra produksi baik sebagai penghasil SEEDLAK maupun bibit KUTULAK.

Kawasan sentra produksi SEEDLAK dan bibit KUTULAK :

  • Lobalain
  • Rote Timur
  • Pantai Baru
  • Rote Barat Laut
  • Rote Barat Daya
  • Rote Tengah.

Peluang usaha pengembangan kutulak :

  1. Jumlah Pohon yang telah ditular kutulak ± 5.292 Phn
  2. Produksi Bibit Kutulak (Tahun 2005 : 9,375 Ton terdapat pada :
  • Pantai Baru : 1.332 Kg ( Desa Keoen, desa Edalode )
  • Rote Timur : 748 Kg ( Desa Daiama, Desa Hundihopo,Faifua )
  • Lobalain : 295 Kg ( Desa Oelunggu, Sanggaoen )
  • Rote Barat Daya : 7000 Kg ( Desa Nembrala, Oeseli, Sedeoen )
  1. Produksi Kutulak
  • Produksi SEEDLAK Rata-rata per tahun (3xPanen) : ± 289 Ton
  • Produksi Rata-rata per pohon Satu kali panen : ± 20 Kg
  1. Sentra Produksi

Sentra Produksi terdapat pada seluruh Kecamatan di Kabupaten Rote Ndao dengan populasi tanaman KUSAMBI ± 2 juta pohon yang tersebar di ± 48 Desa.

  1. Potensi Produksi

1 pohon : ± 20 Kg

1 Ha ( ± 400 Phn) : 8.000 Kg

1 Tahun 3 X Panen : 24.000 Kg

Nilai Produksi KUTULAK / SEEDLAK untuk 1(satu) tahun.

Bersih (SEEDLAK) :

50% X 24.000 Kg X Rp.8.000,-

= Rp. 96.000.000,-

potensi-perikanan-rote-1

PERIKANAN

Pembangunan perikanan diarahkan pada perikanan moderen yang beroreantasi pada agrobisnis, berbudaya industri, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.  Penggelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan juga dilakukakan secara rasional, efesien, berhasil dalam mewujudkan, memberdayakan serta meningkatkan kesejahteraan petani nelayan yang profesional, maju dan mandiri melalui eksploitasi, eksplorasi dan konservasi kekayaan laut berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Sumberdaya perikanan dan kelautan, baik perikanan tangkap maupun budidaya sangat potensial untuk dikembangkan guna mendorong pembangunan perikanan terutama di wilayah Kabupaten Rote Ndao.  Sumberdaya tersebut diantaranya jenis-jenis ikan pelagis dan demersalseperti ikan kembung (Rastrelling sp), ikan teri (Stelophorus sp), ikan tembang (Sardinella sp), kerapu (Epinephelus sp), ikan lencam (Lethrinus sp), ikan kakap (Lutjanus sp) dan sebagainya sedangkan jenis rumput laut seperti Euchemacottonii, hallymenia dan shakol serta pengolahan hasil perikanan seperti ikan asin, dodol rumput laut dan sebagainyaSumberdaya diperkirakan memiliki potensi tangkap lestari ikan mencapai 17.875 ton/tahun.  Potensi yang baru dimanfaatkan rata-rata/tahun 30-40%.  Luas lahan untuk kegiatan budidaya cukup besar yaitu 32.675 Ha dengan pemanfaatan baru mencapai 10 Ha. Potensi  tersebut didukung oleh berbagai kehidupan komunitas perairan diantaranya ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove yang masih baik serta potensi budidaya budidaya rumput laut selain itu juga terdapat beberapa sungai/kali kecil yang merupakan daerah estuaria yang subur. Faktor lain yang turut  mendukung potensi perikanan di Kabupaten Rote Ndao adalah tingkat pencemaran industri dan rumah tangga masih rendah serta penggunaan alat tangkap masih bersifat sederhana/tradisional.

Peningkatan produksi perikanan terus dilakukan diantaranya melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perairan melalui kegiatan dan program, khususnya daerah pesisir yang diprioritaskan pada komoditi ekonomis penting. Untuk itu strategi pembangunan perikanan dititik beratkan pada alat tangkap, alat bantu penangkapan moderen maupun sarana dan prasrana budidaya rumput laut guna pemanfaatan sumberdaya perikanan yang belum tereksploitasi.

Salah satu cara yang ditempuh dalam upaya peningkatan hasil-hasil usaha perikanan adalah penggunaan metode dan alat tangkap yang sesuai dengan kondisi perairan tanpa merubah atau mengurangi keseimbangan lingkungan perairan tersebut, terutama  perairan pantai yang merupakan sumber perikanan tangkap.

Permasalahan didalam Gerak maju pembangunan Daerah dalam mengelola potensi sumberdaya perikanan masih  Kurangnya alat tangkap beserta perlengkapan baik secara kuantitas maupun kualitasnya sehingga mengakibatkan tingkat penangkapannya rendah, Struktur armada masih didominasi oleh armada tradisional, Kurangnya sarana  dan prasarana budidaya, Rendahnya pengetahuan teknis/teknologi (penangkapan, pembudidayaan dan pemasaran) pada tingkat nelayan dan petani, Organisasi nelayan dan pembudidayaan yang masih sangat lemah dalam struktur dan efektifitas manajemen rendah, Terbatasnya sumberdaya finansial untuk menunjang sektor kelautan dan perikanan, Kurangnya data pendukung yang lengkap dalam menunjang pengelolaan wilayah pesisir, Kurangnya aparat/tenaga teknis dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan. Berbagai permasalahan diatas, diperlukan perubahan-perubahan dari sentuhan dan perlakuan dari berbagai pihak, baik itu berupa bantuan dana atau modal usaha, sarana dan prasarana maupun upaya peningkatan SDM, demi memberdayakan ekonomi masyarakat Kabupaten Rote Ndao.   Umumnya masyarakat pesisir dan secara khusus masyarakat nelayan penangkapan ikan, petani budidaya rumput laut dan pemasaran hasil perikanan.

A.  Potensi Perikanan :

  • Luas Perairan : 376 Km2                      
  • Panjang Garis Pantai :  330 Km
  • Lebar Garis Pantai :  7,2 Km
  • Perikanan Tangkap Lestari : 875 Ton/Tahun
  • Perikanan Tangkap yang Diperbolehkan : 300 Ton
  • Budidaya Laut : 675 Ha
  • Budidaya Perairan : 127 Ha
  • Budidaya Pantai : 12937 Ha
  • Budidaya Rumput Laut : 000 Ha
  • Budidaya Mutiara : 30 Ha
  • Tambak Garam : 206 Ha
  • Ekosistem Terumbu Karang : 714 Ha
  • Vegetasi Mangrove : 232 Ha
  • Balai Benih Ikan (BBI) : 3 Ha
  • Kawasan Minapolitan : 58 Buah
  • Sentral Kawasan Minapolitan : 3 Buah

B.  Pemanfaatan Potensi Sumber Daya

  • Perikanan Tangkap (Catch) : 310 Ton/Tahun
  • Lahan BudidayaMutiara : 5 Ha
  • Lahan Budidaya Rumput Laut :  214 Ha
  • Lahan Budidaya Payau                                             : 5 Ha
  • Lahan Budidaya Perikanan Darat (Air Tawar) : 5 Ha
  • Lahan Tambak Garam : 5 Ha

C.  Produksi Perikanan Tangkap Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan, terdiri dari :

  • Ikan Demersal (Kerapu, Beronang, Kakap, dan lain-lain) =  368 Ton/Tahun
  • Ikan Pelagis (Tongkol, Cakalang, Kembung, Tembang dan lain-lain) =  942 Ton/Tahun
  • Pengolahan Hasil Perikanan =  92 ton/Tahun
  • Pengumpul/Pedagang/Pengecer =  249 orang
  • Perikanan Darat (Nila, Karper, Mujair, Lele, Bawal dan lain-lain) =  4 Ton/Tahun

D.  Armada

  • Jukung : 1.555 Unit
  • Perahu Tanpa Motor : 122 Unit
  • Kapal Motor : 246 Unit
  • Ketinting : 383 Unit
  • Perahu Layar : 59 Unit

E.  Alat Tangkap

  • Bagan Apung : 12 Unit
  • Bagan Tancap : 4 Unit
  • Pancing Tangan : 407 Unit
  • Rawai Dasar        : 77 Unit
  • Gill Net : 1.799 Piece
  • Jala Tebar : 87 Unit
  • Purse Seine : 49 Unit
  • Pancing Tonda : 203 Unit

F.  Pelabuhan Perikanan Rakyat : 24 buah (Papela, Mukekuku, Maioe, Korlok, Oeledo, Tesabela, Sonimanu,

Oenggae, Hala, Tulandale,  Namodale,Baadale, Daudolu, Mbueain, Oebou, Hundihuk, Oelaba, Tolama, Tasilo,

Say, Ndao, Nuse, Oeseli dan Batutua).

G.  Infrastruktur Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) : Break Water, Tambatan Perahu (jeti), Pelataran, Pasar Ikan,

Pabrik Es Kapasitas produksi 10 Ton dan Cool Storage Kapasitas 30 Ton.

DATA PRODUKSI  IKAN DAN NON IKAN KOMULATIF TAHUN 2006 – 2016

         No        Jenis      Komoditi   Produksi  (Ton)         Ket.
       2006        2007         2008       2009        2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
I. Ikan :              
1  Ikan Pelagis 1.647 1.902 2.100 1.800       594          811 747 1.430 1.521 1.789 1.942 Basah
2 Ikan Demersal      1.138      1.268      1.400         571       396         706 814 1.225 1.225 1.470 1.368 Basah
Jumlah 2.785 3.170 3.500 2.371 990 1.517 1.559 2.632 2.746 3.259 3.310           Basah
II. Non Ikan :                  
1 Rumput Laut 5.086 6.505 6.127 7.334 1.512,50 946 903 2.179 2.179 18.230 16.074 Kering
2 Mutiara (gram)             –            –              –      5.122  4.777,90            – Gram
3  Cumi-Cumi        3,12      19,98      35,71      52,17        8,96            – 20,48 49.13 109 112 Kering
4 Teripang 70 92 32 32 77 66 34 5 35 39

 

SONY DSC

Peternakan

DATA TERNAK BESAR PER KECAMATAN  DI KABUPATEN ROTE NDAO

 

TAHUN 2015

 

No

 

Kecamatan

Ternak

 

Ket

Sapi

Kerbau

Kuda

Sapi Bali

Ongole Rote

Jumlah

1

Rote Timur

56

7.765

7.821

1.102

694

 

2

Landu Leko

2.312

789

3.101

145

89

 

3

Pantai Baru

2.942

4.749

7.691

969

318

 

4

Rote Tengah

8.951

522

9.473

1.808

662

 

5

Rote Selatan

4.396

114

4.510

567

736

 

6

Lobalain

4.131

6.619

10.753

2.087

827

 

7

Rote Barat Laut

3.132

4.463

7.598

4.135

2.534

 

8

Rote Barat Daya

4.230

1.257

5.487

4.024

869

 

9

Rote Barat

3.626

995

4.621

456

331

 

10

Ndao Nuse

627

627

 

 

 

 

TOTAL

34.409

 

 

15.293

7.060

 

 

 

TAHUN 2017

 

No

 

Kecamatan

Ternak

 

Ket

Sapi

Kerbau

Kuda

Sapi Bali

Ongole Rote

Jumlah

1

Rote Timur

61

7.916

7.977

1.180

702

 

2

Landu Leko

2.357

805

3.162

148

89

 

3

Pantai Baru

2.991

4.842

7.833

986

318

 

4

Rote Tengah

8.964

532

9.496

1.840

662

 

5

Rote Selatan

4.482

116

4.598

578

742

 

6

Lobalain

4.181

6.748

10.929

2.124

827

 

7

Rote Barat Laut

3.196

4.550

7.746

4.209

2.544

 

8

Rote Barat Daya

4.293

1.202

5.575

4.098

889

 

9

Rote Barat

3.696

1.015

4.711

464

331

 

10

Ndao Nuse

653

653

 

 

TOTAL

 

27.806

62.680

15.627

7.104

 

 

DATA TERNAK KECIL PER KECAMATAN DI KABUPATEN ROTE NDAO

TAHUN 2016

 

No

 

Kecamatan

Ternak

 

Ket

Babi

Kambing

Domba

Ayam Buras

Ayam Ras Pedaging

1

Rote Timur

3.286

5.058

3.645

7.286

 

2

Landu Leko

1.219

2.345

987

2.867

 

3

Pantai Baru

6.178

7.325

2.987

15.769

 

4

Rote Tengah

2.211

3.393

324

8.768

 

5

Rote Selatan

2.915

2.134

291

5.985

 

6

Lobalain

4.224

3.237

1.783

1.786

1.510

 

7

Rote Barat Laut

7.845

7.986

3.180

17.565

2.550

 

8

Rote Barat Daya

11.327

9.657

5.867

16.402

 

9

Rote Barat

3.567

4.137

789

6.325

 

10

Ndao Nuse

685

633

21

513

 

 

TOTAL

43.456

45.955

19.874

83.266

 

 

TAHUN 2017

 

No

 

Kecamatan

Ternak

 

Ket

Babi

Kambing

Domba

Ayam Buras

Ayam Ras Pedaging

1

Rote Timur

3.393

5.203

3.689

7.369

 

2

Landu Leko

1.259

2.412

999

2.899

 

3

Pantai Baru

6.380

7.535

3.023

15.942

 

4

Rote Tengah

2.211

3.490

328

8.864

 

5

Rote Selatan

3.010

2.195

294

5.051

 

6

Lobalain

4.362

3.330

1.804

1.806

1.510

 

7

Rote Barat Laut

8.102

8.215

3.218

17.758

2.550

 

8

Rote Barat Daya

11.697

9.934

5.937

10.582

 

 

9

Rote Barat

3.681

4.256

798

6.395

 

 

10

Ndao Nuse

707

703

21

519

 

 

 

TOTAL

44.802

47.273

20.111

84.182

4.060

 

 

Data Populasi Ternak di Kabupaten Rote Ndao

 

No

Jenis Ternak

Tahun

Ket

2013

2014

2015

2016

1

Sapi

43.556

48.020

61.682

 

 

2

Kerbau

12.345

13.097

15.293

 

 

3

Kuda

5.142

5.350

7.060

 

 

4

Babi

38.994

4.054

43.454

 

 

5

Kambing

37.125

44.921

45.955

 

 

6

Domba

17.345

18.037

19.874

 

 

7

Ayam

13.646

91.097

87.326

 

 

 

Total

168.151

214.576

280.644

 

 

 

 

Luas Padang Penggembalaan :

  • Tahun 2013 :  556 ha
  • Tahun 2014 :  512 ha
  • Tahun 2015 :  540 ha
  • Tahun 2016 :  540 ha

 

 

REALISASI PENGELUARAN TERNAK TAHUN 2013

 

No

Jenis Ternak

Target 2013

Realisasi

Sisa Kuota

1

Sapi

2.900

2.361

539

2

Kerbau

550

500

50

3

Kuda

250

138

112

4

Kambing

2.068

1.068

5

Domba

3

3

 

JUMLAH

3.700

5.070

1.772

 

REALISASI PENGELUARAN TERNAK TAHUN 2014

 

No

Jenis Ternak

Target 2013

Realisasi

Sisa Kuota

1

Sapi

3.000

1.965

1.035

2

Kerbau

500

500

3

Kuda

200

200

4

Kambing

1.000

971

29

5

Domba

1.000

50

950

 

JUMLAH

5.700

3.689

2.014

 

REALISASI PENGELUARAN TERNAK TAHUN 2015

 

No

Jenis Ternak

Target 2013

Realisasi

Sisa Kuota

1

Sapi

2.910

2.910

2

Kerbau

500

500

3

Kuda

200

200

4

Kambing

1.000

688

312

5

Domba

1.000

 

JUMLAH

5.610

4.298

312

 

REALISASI PENGELUARAN TERNAK TAHUN 2016

 

No

Jenis Ternak

Target 2013

Realisasi

Sisa Kuota

1

Sapi

3.500

3.105

395

2

Kerbau

600

600

3

Kuda

200

200

4

Kambing

1.000

977

23

5

Domba

1.000

54

946

 

JUMLAH

 

 

 

 

REALISASI PENGELUARAN TERNAK TAHUN 2017

 

No

Jenis Ternak

Target 2013

Realisasi

Sisa Kuota

1

Sapi

3.300

1.829

1.471

2

Kerbau

500

500

3

Kuda

200

200

4

Kambing

1.000

452

548

5

Domba

1.000

72

928

 

JUMLAH

6.000

3.053

2.947

 

 

 

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Perkebunan

Perkebunan

Komoditi perkebunan di Kabupaten Rote Ndao antara lain : kelapa, lontar, jambu mente, jarak, pinang dan kapuk.

Luas areal tanaman kelapa mencapai 4.748 Ha dengan produksi tahun 2016 sebesar 3.468 ton / tahun. Ada beberapa bentuk hasil kelapa yakni : kelapa muda, kopra, minyak goreng dan minyak VCO ( Virgin Coconut Oil ). Sedangkan hasil lain seperti serabut, tempurung dan air kelapa belum dimanfaatkan.

Lontar memiliki luas tanam sebesar 16.606 Ha dengan produksi nira pada tahun 2016  mencapai 929,84 ton dimana hasil olahannya dalam bentuk gula cair, gula merah, gula semut, cuka dan minuman khas beralkohol tinggi ( sopi / arak ). Lontar sudah menjadi simbol budaya karateristik orang Rote karena mencakup seluruh lapisan masyarakat dan menghiasi berbagai tatanan budaya masyarakat. Selain menghasilkan nira, daun lontar dapat dijadikan anyaman tikar, topi ti’i langga, alat musik sasando, nyiru, piring makan, penampung air ( haik ), atap rumah dan aneka anyaman lainnya. Pelepa sampai batangnya dijadikan bahan bangunan, meubelair dan aneka souvenir lainnya.

Selain komoditi tersebut, jambu mete dan jarak yang merupakan komoditi prospektif untuk industri masih berpeluang untuk dikembangkan di 10 kecamatan se-Kabupaten Rote Ndao karena memiliki kecocokan agroklimat dan ketersediaan lahan yang masih sangat luas.

Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan

       

No

 Komoditi

 Luas (Ha)

 Jumlah

 Produksi (Ton)

TBM

TM

TT/TR

Tahun 2015

Tahun 2016

Keadaan s/d Mei 2017

Tahun 2015

Tahun 2016

Keadaan s/d Mei 2017

Tahun 2015

Tahun 2016

Keadaan s/d Mei 2017

Tahun 2015

Tahun 2016

Keadaan s/d Mei 2017

Tahun 2015

Tahun 2016

Keadaan s/d Mei 2017

1

2

3

4

5

 

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

1

Kelapa

634

784,14

784,14

3.487

3.474,18

3.474,18

479

489,69

489,69

4.650

4.748,01

4.748,01

3.483

3.468,20

3.468,20

2

Lontar

4.120

4.107,65

4.107,65

4,856

4.834,97

4.834,97

7.606

7.660,71

7.660,71

16.622

16.606,33

16.603,33

988

929,84

929.84

3

Kapuk

36

33,45

33,45

341

332,94

332,94

515

504,16

504,16

392

870,55

870,55

36

32

32

4

Jarak

360

381,19

381,19

97

49,30

49,30

62

86,21

86,21

419

516,70

516,70

14

17,33

17,33

5

Pinang

17

12,90

12,90

73

68,18

68,18

16

14,64

14,64

106

95,72

95,72

30

22,26

22,26

6

Jambu Mete

307

313,47

313,47

189

185,65

185,65

812

828,60

828,60

1.308

1.327,72

1.327,72

66

49,70

49,70

 Jumlah

5.424

5.632,80

5.632,80

9.043

8.945,22

8.945,22

9.530

9584,01

9.584,01

23.997

24.162,03

24.164,03

4.617

4.519,33

4.519,33

 

IMG_0219

Perikanan

Rumput Laut

Rumput laut adalah komuditas unggulan sektor kelautan dan perikanan yang menjadi leading sektor pendokrak pembangunan di kabupaten Rote Ndao. keunggulan komperatif komoditi rumput laut adalah bahwa tidak membutuhkan investasi yang besar, cost oprasai rendah, lahan tersedia, umur pemeliharaan pendek yakni 45 hari, rasio pertumbuhan berat tinggi 1:15-20, tenaga kerja tersedia, permintaan pasar sangat tinggi, harga kompetitif, sarana transportasi cukup memadai, prasaran jalan ke daerah sentra industri cukup baik.

Metode yang digunakan dalam budidaya adalah metode Long Line (dominan), patok dasar / lepas dasar dan rakit. sistem Longline memiliki investasi yang murah tetapi rentan terhadap gelombang dan angin sedangkan sistem rakit biaya mahal tetapi tahan terhadap gelombang dan angin. jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah dari species Eucheuma Cotoniidari jenis Alga Merah (Rhodopy Ceae) yang mengandung polisakarida dan sejumlah protein, lemak, mineral dan vitamin. berdasarkan data potensi dan pemanfaatn yang baru mencapai 6,5% maak masih terdapat lahan tanam seluas 30.480,8 atau 93.21% yang belum dimanfaatkan dan dapat digunakan untuk ekspasi budidaya dan hasil produksi dijadikan bahan baku industri pengolahan tepung rumput laut atau industri ekstaksi karagenan.


Cumi-Cumi

Cumi-cumi sebagai salah satu komunitas unggulan perikanan tangkap di Perairan teritorial Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi sebesar 2.681 ton per tahun dengan jumlah yang boleh di tangkap sehingga sumberdaya ikan tidak terdegradasi adalah 2.114,8 ton.

saat ini produksi cumi telah mencapai 82,35 ton kering atau setara dengan 247,3 ton basah dengan pemanfaatan 11,70%. dengan demikian peluang pengembangan produksi masih sekitar 1.867,5 ton atau 88,31% dari jumlah yang boleh di tangkap.

penangkapan cumi di Kabupaten Rote Ndao saat ini terdistribusi baru pada beberapa perairan Pulau Ndana kecamatan Rote Barat Daya, Pulau Do’o dan Nuse Kecamatan Rote Barat, yang mana perairan tersebut kaya akan sumberdaya ikan khususnya cumi-cumi. perairan bagian selatan dan perairan Kecamatan Rote Timur, Pantai Baru dan Rote Tengah belum dieksploitasi sama sekali. musim penagkapan cumi-cumi sepanjang tahun dengan musim puncak April sampai dengan Nopember.

Penangkapan Cumi-cumi umumnya dilakukan pada malam hari terutama hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan m,enggunakan dua jenis alat tangkap yaitu jala lombo atau payang dan mini purse seini atau pukat cincin. jala lombo adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap ikan permukaan (pelagic Fish) termasuk cumi-cumi. tingkat produktivitas alat ini rata-rata 250 kg cumi per hari.

Proses pengolahan cumi-cumi menggunakan dua metode yaitu cumi-cumi segar hasil tangkapan digarami kemudian di keringkan tanpa perebusan menghasilkan cumi-cumi asin kering kualitas second dengan harga yang lebih murah dan cumi-cumi segar hasil tangkapan di garami, rebus dan di keringkan menghasilkan cumi-cumi asin kering kualitas pertama dengan harga yang lebih mahal. sentra pengolahan cumi-cumi di Desa Tolama Kecamatan Rote Barat Laut dan Desa Oenggaut Kecamatan Rote Barat. cumi-cumi basah di jual dengan harga Rp.7000 per kg, cumi-cumi asin rebus kering harga Rp. 20.000 per kg dan cumi-cumi asin kering kualitas second harganya Rp. 17.000 per kg. semua hasil olahan cumi-cumi ini dipasarkan ke Jakarta dengan harga Berkisar antara Rp. 40.000 – Rp. 60.000 tergantung kualitas.


Ikan Kerapu

Ikan kerapu merupakan salah satu komunitas export adalan saat ini dengan permintaan pasar yang sangat tinggi namun terbatas dalam penyediaan stok dimana masih sangat bergantung dari hasil penangkapan di alam. Hal ini sangat menggangu stok alam mengingat harga yang cukup mahal dan intensitas penangkapan semakin meningkat sehingga budidaya dapat menajdi jalan keluar terbaik ikan kerapu merupakan jenis ikan karang dengan panjang total 3,3 – 3,8 kali tingginya, panjang kepala ¼ panjang total, leher bagian atas cekung dan semakin tua semakin cekung, sirip punggung semakin melebar ke belakang engan 10 duri keras dan 18 – 19 duri lunak, warna putih kadang kecoklatan dengan totol hitam pada badan, kepala dan sirip.

Menurut Bret dan Groves (1979), ikan kerapu bersifat stenohaline yaitu mempunyai kemampuan beradaptasin dengan lingkungan perairan berkadar garam rendah. Budidaya ikan kerapu merupakan salah satu produk unggulan sektor kelautan dan perikanan untuk mendongkrak pembangunan di Kabupaten Rote Ndao, mengingat potensi yang tersedia demikian menjanjikan dan belum dimanfaatkan optimum. Keunggulan komparatif kompetitif dari ikan karapu adalah memiliki harga jual yang tinggi, pangsa pasar tersedia, orentasi export, potensi perairan yang mendukung , ketersediaan induk di alam melimpah, tenaga kerja tersedia, serta dekat dengan daerah pemasaran. Produktivitas budidaya ikan kerapu tergolong tinggi yaitu diukur dari rasio pemberian pakan 5 – 7,5% per hari dari biomassa, kepadatan tebar (fase pendederan 200-250 ekor / m3, fase pengge – londongan 75-100 ekor / m3, pasca gelondongan hingga panen 20 – 25 ekor /m3), lintasan produksi 85-90% hingga ukuran konsumsi, pertumbuhan 3 – 3,5 cm per bulan.

 

20150519-3Y7A4840z

Obyek Wisata Pantai

  • Pantai Nemberala – Bo’a di Kec. Rote Barat, Obyek wisata ini sudah cukup dikenal bukan saja wisatawan asal Negara Kanguru (Australia ) tapi juga dikenal secara luas oleh para wisatawan Amerika, Eropa dan sebagainya. Jarak tempuh dari ibu kota Ba’a + 30 Km dengan menggunakan Bus atau Mikrolet yang cukup nyaman serta ditopang dengan kondisi jalan yang cukup memadai. Panorama dan keistimewaan pantai Nemberala – Bo’a karena gelombang laut atau dikenal dengan “Gelombang” yang sangat cocok untuk para wisatawan melakukan olah raga Surfing (selancar) pecahannya ke kanan yang Barat Daya, pantai ini sangat dikenal dengan pasir putih yang indah dan menawan serta ombaknya sangat bagus dan menarik dengan 8 kali gulungan merupakan tantangan bagi peselancar dunia. Pemda Rote Ndao bekerjasama dengan organisasi Bali melakukan lomba selancar bertaraf internasional yang dilaksanakan pada bulan September – Oktober setiap tahunnya.

 

 

 

  • Pantai Mulut Seribu terdapat di Kec. Rote Timur, sangat indah dengan taman laut dan budi daya mutiara bagi orang / wisatawan yang baru mengunjungi teluk mulut seribu selalu mengalami kesulitan atau tersesat pada saat keluar, sangat berliku – liku yang konon katanya ada tuannya yang menjaga menutup jalan keluar apabila para tamu yang masuk tidak meminta izin kepada pemilik. Selain Obyek Wisata pantai tersebut, masih banyak pantai – pantai wisata di Kab. Rote Ndao seperti : Pantai Oeseli, Tongga, Sanama, Batutua, Oenggae, Tesabela, Nusakdale, Leli dan Papela.
fa

Obyek Wisata Budaya

  • Tarian Tradisional. Tarian Kakamusu, Teorenda, Taebenu, Teotona, Lendo Ndao, Kebelai, Musik Sasando dan Musik Gong.
  • Kerajinan Tenun ikat motif Rote Ndao : Sarung, Selimut dan Selendang.
  • Aneka graft / Cendera Mata :
    • Alat musik sasando dari kayu dan daun lontar
    • Gantungan kunci berbentuk sasando
    • Tempat sirih dari daun lontar
  • Chiri Chas Budaya Rote : Selain musik sasando ada topi adat Ti’I Langga atau Soulangga dan Rumah Adat Raja. Selain budaya yang ada, masyarakat Kab. Rote Ndao juga memiliki budaya yang unik dan menakjubkan ketika alat musik gong dan tambur dibunyikan untuk mengiringi gerak dan tari yang dimainkan oleh warga setempat. Musik Sasando di petik untuk mengiringi lagu – lagu Daerah Rote dan lagu nasional lainnya.

Salah satu atraksi budaya Kabupaten Rote Ndao adalah : Upecara Adat Tradisional ( HUS ) Ndeo di Desa Boni Kec. Rote Barat Laut, lomba ketrampilan dan uji ketangkasan berkuda. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun pada bulan Juli – September untuk pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan para leluhur yang berjasa dengan memohon berkat hujan bagi daerah Kabupaten Rote Ndao.

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Obyek Wisata Alam

Pulau Ndana

Berada di Kec. Rote Barat Daya adalah sebuah pulau yang sangat indah dengan cagar alamnya, terletak di mulut pantai selancar Bo’a – Nemberala yang dapat dijangkau dengan perahu motor / spedbot + 20 menit. Pulau Ndana dikelilingi oleh pasir putih yang indah serta desiran ombak yang cukup menarik untuk permainan lomba selancar. Di tengah di atas pulau ini memiliki sebuah danau merah yang merupakan salah satu obyek yang memiliki tingkat keramat yang masih kuat, salah satu pantangan bagi pengunjung perempuan yang datang di lokasi ini tidak dalam menstruasi. Di danau ini juga terdapat pedang keramat yang dahulu dipakai oleh seorang tokoh adat bernama SANGGUANA untuk membasmi musuhnya.

Pulau Do’o

adalah sebuah pulau kecil di wilayah Kec. Rote Barat Laut yang terletak dimulut Pantai Nemberala Tongga. Pulau ini sangat indah dan menawan karena di kelilingi dengan pasir putih dan laut yang sangat indah dan dapat dijangkau dengan perahu motor Spedbot + 30 menit. Pulau Do’o kini sudah mulai dibangun beberapa tempat pariwisata oleh PT. Jasa Marga Pella.

Batu Termanu

Ada dua Batu Termanu yaitu : Batu Hun dan Batu Suelay, merupakan obyek wisata alam yang sangat memukau. Setiap perkunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Rote Ndao. Ketika kapal motor keluar dari pelabuhan Bolok Kupang yang melewati selat Pukuafu dan yang pertama terlihat adalah Batu Termanu yang menjulang tinggi.

Disekitar perairan Batu Hun dijadikan obyek wisata Menyelan dan Memancing karena terdapat terumbu karang Mutiara dan ikan kerapu yang cukup banyak. Batu termanu menurut legenda masyarakat Rote terdiri atas dua buah yaitu yang satunya adalah jenis Pria berada langsung di pinggir pantai leli dan satu lainnya jenis wanita terletak beberapa ratus meter sebela kanan batu pria terletak agak kedalam laut.

Dikatakan pula bahwa batu Termanu adalah batu yang bisa berpindah – pindah tempat dan berasal dari maluku. Suatu ketika batu ini tiba di Rote dan menetap disana, karena keadaannya seperti itu maka oleh orang Rote di anggap sebagai Batu Keramat dimana pada saat tertentu para tua – tua adat sering berdoa dikaki batu untuk memohon turunnya hujan.