Pantai Oeseli

Terletak di Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya, pantai ini akan ramai dikunjungi oleh anak muda dari desa setempat pada hari libur. Berbeda tipikal dengan Bo’a dan Nemberala yang berombak, Pantai Oeseli cenderung lebih tenang dengan ombak dan gelombang yang tidak besar sehingga sangat nyaman untuk melakukan aktivitas berenang atau sekedar bermain air.

Letaknya yang berada di ujung pulau, menjadikan pantai ini sedikit tersembunyi sehingga letaknya tak cukup diketahui banyak orang. Tak banyak ditemui wisatawan lokal maupun mancanegara di pantai ini.

Karena belum banyak dikunjungi orang, pantai ini masih belum tercemar. Padahal, ombak di pantai ini tidak besar sehingga nyaman untuk berenang. Masuk ke dalam desa, Anda bisa melihat sebuah perkampungan yang dipenuhi dengan jemuran rumput laut.

Hampir seluruh penduduk Oeseli berprofesi sebagai petani rumput laut. Selain itu, warga Oeseli juga membuat air gula. Untuk mencapainya, Anda bisa berangkat dari Nerembala menggunakan mobil. Jarak yang harus dilalui adalah sekitar 20 kilometer, dengan waktu tempuh satu jam.

Tak terdapat fasilitas penunjang apapun di sekitar kawasan pantai, hanya terdapat beberapa warung kecil di desa yang menjual minuman dan makanan ringan. Untuk penginapan juga tak tersedia di Oeseli, bagi yang hendak bermalam dapat menuju Nembrala karena di sana lebih banyak pilihan penginapan dengan harga yang bervariatif.

Telaga Nirwana

Pemandangan asri nan menyejukan hati pengunjung dikala tiba di pantai indah dengan telaganya yang begitu mempesona dan memukau bagaikan si gadis cantik yang belum mengenal dunia luar, itulah Telaga Nirwana, demikian sebutan penduduk desa setempat. Telaga Nirwana yang berada kurang lebih 200 meter dari bibir pantai Buadale tepatnya di Dusun Kotalai Desa Oeseli, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Seakan menjanjikan kenangan terindah bagi setiap pengunjung yang datang ke Telaga Nirwana, karena pemandangannya yang sangat mempesona dengan teluk sepanjang kurang lebih 700 meter dan bermuara pada sebuah telaga yang menjolor tepat ke dalam sebuah gua yang sangat indah. Suguhan makin indah, di tengah telaga tersebut ada sebuah lempengan batu besar berbentuk hati yang dikelilingi bentangan pasir putih di dasar air yang tembus pandang, dengan kedalaman air setinggi pinggang orang dewasa.

Jika hendak ke Telaga Nirwana, pengunjung bisa menyewa sampan milik nelayan di bibir pantai Buedale dan bertolak dengan mendayung sampan tersebut sekitar 200 meter, hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit sudah sampai di tempat. Jarak tempuh dari Kota Baa ke Desa Oeseli kurang lebih 35 kilo meter, bisa menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat.

Pantai Nembrala

pantai nemberala3

Pantai Nemberala terletak di Desa Nembrala, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Selain memiliki pantai dan pasir putih yang indah, gulungan ombak Pantai Nembrala juga sudah mendunia. Karena itulah, setiap musim ombak (bulan Agustus-Oktober) tiba di Pantai Nembrala dan Bo’a biasanya diadakan event olah raga surfing baik regional maupun berkelas internasional. Pada waktu tersebut, Pantai Nembrala akan terlihat sangat ramai sekali oleh para peselancar dari berbagai negara yang hendak mencoba menantang gulungan ombaknya yang terkenal itu. Pantai Nembrala juga sangat terkenal sebagai penghasil rumput laut terbesar di Pulau Rote Ndao. Saat menjelang sore haripun, pengunjung juga dapat menyaksikan keindahan momen matahari tenggelam sambil melihat aktivitas para petani rumput laut yang semakin menambah keelokan Pantai Nembrala.

Akses Jalan

Akses jalan dari kota Baa menuju pantai Nemberala dengan kondisi jalanan beraspal halus, dengan berjarak kurang lebih 30 km dari Kota Ba’a, perjalanan menuju lokasi Pantai Nemberala dapat ditempuh dalam waktu 1-1.5 jam lamanya dengan menggunakan kendaraan bermotor. Di sepanjang jalan menuju lokasi, pengunjung akan disuguhkan panorama alam khas Pulau Rote dengan hamparan savana dan birunya laut serta suasana jalanan yang begitu sepi dan damai.

Meskipun keberadaan Pantai Nembrala mampu menarik para pelancong baik dari dalam maupun luar negeri, namun fasilitas penunjang wisata masih terlihat cukup minim untuk sebuah destinasi wisata bertaraf internasional. Terlepas dari minimnya fasilitas umum, untuk penginapan di sekitar Pantai Nembrala cukup banyak pilihan yang tersedia dengan harga bervariatif yaitu mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

 Pantai Bo’a

Surf Camp nemberala

Objek wisata ini terletak di Kecamatan Rote Barat, sekitar 7,5 km dari kota kecamatan. Pantai Bo’a merupakan lokasi lomba selancar berstandar internasional karena memiliki gulungan ombak terbesar ke-2 setelah Hawaii. Lomba yang diikuti para penggila selancar dari seluruh dunia biasanya diadakan antara Oktober-September. Pada saat itulah para peselancar baik dari dalam maupun luar negeri berbondong-bondong mendatangi Pantai Bo’a.  Bo’a pun semakin istimewa dengan gelombang lautnya yang dikenal dengan “Gelombang G” yang sangat cocok untuk kegiatan surfingdiving ataupun sailing. Tak hanya ombaknya saja yang diburu, namun panorama hamparan pasir putih, biru laut dan alamnya yang indah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat pantai. Selain berselancar, pengunjung juga dapat melakukan aktivitas air lainnya seperti berenang, snorkeling, memancing dan mengunjungi Pulau Ndana (pulau terujung selatan Indonesia).

Labirin Pantai Mulut Seribu

Menikmati liburan saat di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, bisa dilakukan dengan berbagai aktivitas.

Salah satu yang patut dicoba ialah menjelajahi kawasan Mulut Seribu. Gugusan pulau di Kecamatan Landu Leko ini mulai berkembang menjadi tujuan wisata favorit.

Traveler akan menikmati penorama pulau-pulau kecil dikelilingi pasir putih, serta berjumpa warga yang mengangkut hasil panen rumput laut menggunakan perahu motor.

Berwisata di Mulut Seribu disarankan dengan rombongan sehingga bisa patungan membayar sewa perahu, dan mobil. Satu perahu berkapasitas antara 5-6 orang termasuk nakhoda.

Jangan lupa membawa topi untuk melindungi kepala dari sengatan matahari serta peralatan untuk melindungi kamera dari kerusakan karena percikan air laut. Hal yang tidak boleh dilupakan ialah tidak berwisata di musim barat mengingat perairan di sana terhubung ke Laut Timor sehingga bergelombang tinggi.

Untuk pengunjung yang baru pertama kali datang ke Mulut Seribu perlu ditemani pemandu yang berasal dari nelayan setempat dikarenakan jalur masuk maupun jalur keluar menuju lokasi wisata ini hampir seragam sehingga tanpa pemandu, traveler akan kewalahan menemukan jalan keluar.

Hanya ada dua pintu masuk ke kawasan ini. Sebelum tiba di tengah, perahu masih melewati satu pintu lagi, Pintu-pintu berukuran sempit, dan terletak di antara tebing karang.  Namun, Anda akan takjub menyusuri selat antara pulau-pulau kecil ini. Perjalanan wisata Anda berkesan dan akan selalu dikenang.

Benteng Alami Pantai Laviti

Pantai Laviti berada di antara dua ujung pulau yang seperti melindungi pantai ini dari laut lepas. Tebing-tebing karang yang runcing dan tajam seakan menjadi benteng untuk melindungi Pantai Laviti ini. Pemandangan diperindah dengan pantulan sinar matahari dari permukaan air laut dan pasir putih.

Danau Laut Mati

laut mati rote

Objek wisata ini terletak di Desa Sotimori, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao. Waktu tempuh dari ibu kota kabupaten ke daerah ini memakan waktu 90 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Menikmati Laut Mati bisa dilakukan dengan menumpang jet ski mengelilingi mengelilingi pulau-pulau kecil yang berada di dalamnya. Objek wisata ini memiliki keunikan antara lain pasirnya berasal dari kulit kerang (keong). Ikan yang hidup di dalamnya adalah ikan mujair (ikan air tawar).

 

Pantai Tolanamon

Keindahan Pantai Tolanamon di Desa Inaoe, Kecamatan Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) belum banyak dikenali wisatawan lokal apalagi wisatawan asing.

Pantai ini baru dikenal warga NTT sebulan lalu setelah seorang warga Desa Inaoe mengunggah ke media sosial. Langsung saja, setiap hari ribuan wisatawan lokal berkunjung ke tempat ini.

Pesona pantai Tolanamon seakan menyimpan selaksa magnet yang mampu menyedot perhatian dan mengobrak abrik dinding rasa para pemuja keindahan untuk segera berkunjung dan menikmati “keperawanan” pantai di tepian Samudera Indonesia itu.

Pantai ini berupa teluk menghadap ke arah Samudera Indonesia yang cukup ganas. Namun, pengunjung tidak perlu khawatir karena posisi teluk menjorok jauh ke daratan dan diapit tebing-tebing karang kokoh di kedua sisinya. Pantai itu pun teduh seperti kolam renang yang tenang dan bersih, aman untuk mandi dan berenang.

Sepanjang bibir pantai terdapat hamparan pasir putih yang bersih dihiasi pepohonan yang rindang dan menghijau, sesekali melintas camar laut sekadar ikut memberi warna di pantai Tolanamon.

Untuk mencapai pantai tersebut pengunjung dapat menggunakan mobil atau sepeda motor, dengan jarak tempuh dari ibu kota kabupaten Rote Ndao yakni Ba’a menuju Desa Inaoe sejauh 24 km.

Setelah tiba di Desa Inaoe  perjalanan menuju pantai ke arah timur sekitar 4 km, dengan kondisi jalan yang belum diaspal. Tapi, perjuangan akan terbayar begitu tampak tebing karang seakan tersenyum sembari menyapa selamat datang di Pantai Tolanamo.

 

Pantai Oesosole

Pantai berpasir putih dan memiliki batu karang berbentuk hati ini terletak di Desa Faifua – Kecamatan Rote Timur – Kabupaten Rote Ndao. Berjarak 55 km dari kota Ba’a, bisa ditempuh kurang lebih 1 jam 30 menit. Pantai ini belum terlalu dikunjungi sehingga kita seperti berada di pantai pribadi.

Selain batu karang berbentuk hati ada beberapa batu karang lain yang jika air surut kita bisa bermain ke karang-karang tersebut dan melihat banyak ikan-ikan kecil dan binatang lainnya disekitar karang tersebut. Pantai ini juga dikelilingi pohon pinus yang cantik. Belum ada masyarakat sekitar yang berjualan ditempat ini sehingga disarankan untuk membawa bekal sendiri.

Bukit Mando’o

Satu lagi pesona alam dari ujung selatan Indonesia yang sayang untuk dilewatkan begitu saja, Bukit Mando’o namanya. Bukit ini menawarkan panorama keindahan yang sangat menakjubkan dari ketinggian. Hamparan laut biru menyatu dengan hijaunya hutan bakau menambah sensasi kesejukan bukit ini.

Terletak di Desa Kuli yang kaya akan hasil pertaniannya, Kecamatan Rote Timur, Kabupaten Rote Ndao, NTT, jaraknya cukup jauh dari pusat Kota Ba’a. Untuk mencapai puncak bukitnya, pengunjung harus menaiki 488 anak tangga. Namun karena sebelumnya hanya berjumlah sekitar 300-an saja, jadi bukit ini lebih dikenal dengan sebutan “Bukit Tangga 300” oleh masyarakat setempat. Sepanjang perjalanan menaiki anak tangga ini terdapat beberapa bale-bale yang berguna sebagai pos peristirahatan, atau bahkan berlindung dari sengatan matahari dan hujan. Panorama Perbukitan Lole pun senantiasa menemani perjalanan setiap pengunjung dan seakan menyemangati dari arah belakang. Rasa lelah nantinya akan terbayar lunas begitu sampai puncak, karena pemandangan bentang alam di atas sana sangatlah indah. Di atas puncak telah tersedia beberapa lopo-lopo agar pengunjung dapat beristirahat sejenak sambil menikmati keindahan bentang alam Rote.

Di sebelah utara, pemandangan Perbukitan Lole yang menemani saat mendaki pun terlihat dan di sebelah selatan, birunya hamparan Samudera Hindia sangatlah memanjakan mata. Begitu pula di sebelah timur, pengunjung dapat melihat perpaduan pemandangan Perbukitan Keka dengan teluk birunya. Dan sejenak alihkan pandangan ke arah barat, pemandangan Desa Kuli dengan persawahannya terhampar indah menyapa setiap mata yang memandangnya. Sungguh panorama 360 derajat yang sangat menakjubkan dari atas Bukit Mando’o. Tempatnya yang berada di ketinggian menjadikan bukit ini menjadi spot favorit bagi para masyarakat baik dalam atau luar pulau Rote untuk menikmati pemandangan alam Rote dari atas.

Selain dengan pesonanya alamnya yang begitu indah bukit Mando’o juga memiliki sejarah, dimana pada zaman dahulu Raja Lole pernah mendiami bukit Mando’o dan membangun kerajaan diatas bukit tersebut.

Akses Menuju Lokasi Wisata

Pengunjung dapat menggunakan jasa ojek ataupun menyewa kendaraan bermotor dari Kota Ba’a menuju ke Bukit Mando’o dengan waktu tempuh sekitar 1 jam lamanya. Kondisi jalan menuju bukit cukup bervariatif, kadang beraspal mulus namun di beberapa titik sebelum mendekati lokasi kondisi jalannya berbatu dan berlubang. Sesampainya di lokasi, pengunjung dapat memarkirkan kendaraannya di lahan parkir yang telah disediakan.

Harga Tiket Masuk

Biaya tiket masuk sekitar 3.000 rupiah per orangnya dan 1.000 rupiah untuk parkir motor.

Fasilitas di Sekitar Lokasi

Terdapat banyak lopo-lopo yang dapat digunakan pengunjung untuk bersantai dan beristirahat sejenak sehabis menaiki anak tangga. Fasilitas penunjang lainnya yaitu seperti toilet dan lahan parkir juga tersedia di sekitar area bukit. Karena tidak ada warung makan di lokasi wisata, ada baiknya pengunjung membawa bekal makanan terutama air minum terlebih dahulu yang dibeli di Ba’a.

 

Tiang Bendera dari Zaman Belanda

Tiang Bendera itu memiliki keistimewaan karena didirikan oleh Belanda pada 1942. Kondisinya masih kokoh meski kini sudah berumur 62 tahun. Namun, pemandangan alam yang ditawarkan juga tak kalah indah.

Berada sekitar 5 km saja dari Kota Ba’a, terdapat sebuah pantai bernama cukup unik yaitu Pantai Tiang Bendera. Batu Tiang Bendera ini sebenarnya adalah gugusan pulau karang yang berjarak sekitar 500 m dari bibir Pantai Baadale. Pemberian nama Tiang Bendera dilatarbelakangi oleh peristiwa heroik perjuangan rakyat Rote mengusir penjajah Belanda. Mengapa disebut Tiang Bendera? Pasalnya di atas bebatuan karang yang berada di tengah laut tersebut, terdapat sebuah tugu batu beton setinggi 2,5 meter yang sengaja dibangun oleh Belanda sekitar tahun 1942. Konon katanya, tiang tersebut sebagai penanda tanah jajahan Belanda pada zamannya. Pengunjung dapat menaiki bukit karang tersebut, namun harus berekstra hati-hati karena karangnya yang sangat tajam. Sebaiknya pengunjung menggunakan alas kaki yang memadai. Jika air sedang surut, pengunjung juga dapat memasuki gua-gua batuan karang yang terdapat di gugusan karangnya.

Pantai Tiang Bendera memang merupakan salah satu tempat andalan terbaik untuk menikmati matahari terbenam (sunset) di Pulau Rote. Menjelang sore hari, pantai ini nampak dikunjungi oleh pemuda dan pemudi setempat yang hendak menyaksikan keindahan matahari terbenam. Di pesisir pasir pantainya juga nampak beberapa lopo-lopo (semacam bale-bale/ gazebo yang digunakan untuk bersantai) serta beberapa fasilitas lainnya yang sudah dibangun oleh pemerintah setempat. Apabila pengunjung datang di sore hari, maka keadaan pantainya sedang surut namun pesona keindahan pantai ini tak ikut surut. Dihiasi sejumlah batu karang cadas dengan bentuk dan ukurannya yang bervariatif menambah pesona pantai ini.

 

Batu Termanu

Batu Termanu terletak di Nusak Termanu, Kecamatan Rote Tengah. Batu ini terdiri dari dua batu yaitu Batu Hun dan Su’a Lain. Keduanya juga disebut Batu Mbadar atau Batu Bapa la. Kini Batu Termanu menjadi objek pariwisata di Pulau Rote.

Menurut legenda Batu Hun adalah laki-laki, sedangkan Su’a Lain adalah wanita. Batu Hun terletak di sebelah barat, sedangkan Su’a Lain di sebelah timur, keduanya berdekatan dan merupakan sepasang suami isteri.

Kedua batu tersebut merupakan batu pengembara. Asal mereka dari Ti Mau (Amfoang). Ada yang bilang mereka berasal dari Maluku/Seram. Karena dipicu oleh konflik masalah harta pusaka maka mereka memilih untuk mengembara.

Awalnya mereka mengembara sampai di Ndao, namun lingkungan hidup disana tidaklah harmonis. Mereka pun diusir. Mereka mengembara ke Lole dan disana mereka memperanakkan seorang anak yang dinamai Nusa Lai (kini sebuah pulau di sebelah selatan Lole).

Setelah beberapa lama waktunya terjadi pula pertengkaran dengan lingkungan di Lole. Maka mereka pun mengembara dan sampailah di Termanu. Di sinilah mereka menetap sampai sekarang.

Kedua batu tersebut khususnya Su’a Lain menjadi tempat berdoa bagi masyarakat Termanu. Dalam ibadah bersama manasonggo (imam animis) masyarakat biasanya membawa hewan dan bahan pangan/beras sebagai persembahan ke Su’a Lain.

Beras/nasi ditanak dan hewan disembelih serta hati dan bulu hewan dipersembahkan ke Su’a Lain, sedangkan sisanya mereka makan beramai-ramai. Bahasa adat untuk persembahan ini adalah ‘leu ke batu’ dengan tujuan untuk memohon kepada Dewata supaya ada curah hujan yang cukup di Bumi.

Nilai moral yang dapat diambil dari cerita ini adalah dimana pun kita tinggal walaupun bukan di lingkungan keluarga hendaklah kita memandang tetangga sebagai kaum kerabat kita. Sikap saling menghormati dan menghargai haruslah dipupuk. Sikap bermusuhan hendaklah dijauhkan sehingga hidup terasa aman.