Rembuk-Stunting-rote

Rembuk Stunting, 65 Desa di Rote Ndao jadi Lokus Stunting

Ba’a,- Sebagai upaya memperkuat komitmen semua pihak dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan aksi konvergensi serta akselerasi penurunan Stunting di Kabupaten Rote Ndao, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao menggelar Rembuk Stunting yang diselenggarakan pada, Sabtu (25/5/2019) yang bertempat di Auditorium Tii Langga.

Berbicara tentang stunting maka perlu diketahui bahwa istilah ini sebenarnya sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat perkembangan anak tidak maksimal. Ini akan berdampak terhadap produktivitas pada saat dewasa serta terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di daerah, stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit.

Bupati Rote Ndao, Paulina Haning-Bullu,SE pada kesempatan tersebut saat memberikan sambutan mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisis situasi kita telah memperoleh 65 Desa Lokus Stunting yang baru di Kabupaten Rote Ndao.  Beberapa OPD terkait telah berkoordinasi di bawah pimpinan Bapelitbang untuk merumuskan rencana program kegiatan untuk percepatan pencegahan stunting pada masing-masing desa.

“dengan cara ini kita berharap dapat mempercepat pencegahan stunting di Kabupaten Rote Ndao”kata Bupati

Lanjut Bupati bahwa data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao menemukan bahwa prevalensi anak stunting di daerah ini adalah 46,7% dengan total 2690 anak. Ini adalah angka yang masih tergolong tinggi karena target nasionalnya adalah kita harus menurunkan prevalensi stunting hingga minimal 20% pada tahun 2023. Tentu untuk mencapai target nasional tersebut diperlukan suatu percepatan untuk penurunan stunting.

“ini bisa dicapai apabila semua pihak bersedia dan berkomitmen untuk saling bekerjasama dan berkoordinasi melalui kegiatan pertemuan koordinasi dan konvergensi rembuk stunting ini” ungkap Bupati Paulina

Perlu diingat bahwa upaya penanganan stunting bukan hanya urusan Dinas Kesehatan dan RSUD saja, tetapi urusan semua pihak yang hadir di sini di bawah koordinasi Bapelitbang Kabupaten Rote Ndao. Bappenas menekankan bahwa sektor kesehatan hanya berkontribusi 20% untuk penurunan stunting. sisanya diperlukan kontribusi lintas sektor sebesar 80%. di sini sudah hadir peserta dari lintas sektor.

Bupati juga pada kesempatan itu mengharapkan peran penting dari Bapelitbang untuk mengkoordinir lintas sektor terkait untuk bisa saling bekerja sama menangani masalah stunting di Kabupaten Rote Ndao.

“kita targetkan tahun ini prevalensi stunting di Rote Ndao menurun dari 46,7% menjadi 40% dan pada akhirnya tahun 2023 menjadi hanya 10% sesuai arahan Presiden Jokowi, karena itu dituntut koordinasi serta komitmen bersama dari lintas sektor serta berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Rote Ndao dalam mendukung upaya ini, sehingga pada akhirnya anak-anak kita kelak tumbuh menjadi generasi Rote Ndao yang cerdas, apa yang kita lakukan saat ini akan menyelamatkan satu generasi Rote Ndao ke depan” harap Bupati Rote Ndao

Diakhir kegiatan, ditandatangi Kesepakatan dan Komitmen Bersama penanggulangan stunting antara Pemda Rote Ndao, Dinkes Provinsi NTT, Bappeda Provinsi NTT, Kepala Puskesmas, Tokoh Agama dan  65 Kepala Desa. (dinkes/diskominfo-rn)