Pemda Rote Ndao menempatkan pengembangan sumber daya manusia yang berdaya saing sebagai salah satu program prioritas. Hal ini bertalian dengan penerapan penggunaan bahasa daerah Rote Ndao sebagai bahasa ibu pada semua generasi.
Dimulai dari anak usia sekolah, pola pendidikan berbahasa sudah mesti diterapkan. Apalagi tahun ini bahasa Rote Ndao menjadi 1 dari 5 bahasa di NTT masuk dalam program Revitalisasi Bahasa Daerah oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI. Kantor Bahasa NTT menyampaikan 5 bahasa daerah yang direvitalisasi oleh Kemendikbud, Riset dan Teknologi RI tersebut adalah bahasa Rote, Dawan, Abui, Kameran dan bahasa Manggarai.
Wakil Bupati Rote Ndao Stefanus M. Saek,SE,M.Si menjelaskan sinergitas Pemda Rote Ndao dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI dalam revitalisasi bahasa daerah saat membuka Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Kabupaten Rote Ndao, selasa (22/11/22) di auditorium Ti’i Langga.
Kegiatan yang diselenggarakan bersama Pemda Rote Ndao dan Kantor Bahasa NTT Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Riset dan Teknologi RI ini bertemakan “Revitalisasi Bahasa Rote sebagai bahasa ibu”. Revitalisasi Bahasa ini menyasar generasi muda Rote Ndao sejak berada dibangku SD dan SMP.
” Kita ketahui bersama bahwa salah satu program strategis Pemda Rote Ndao adalah meningkatkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing. Diantaranya adalah pendidikan yang tidak hanya pendidikan formal tapi juga pendidikan non formal dan informal. Dan kegiatan ini adalah untuk merevitalisasi bahasa ibu. Kami apresiasi semua program dan kegiatan yang dibuat untuk revitalisasi bahasa ibu ini,” ungkap Wabup Stef.
Menurut Wabup Stef, bahasa daerah sebagai jati diri masyarakat dan daerah ini sehingga wajib dipertahankan. Ini warisan leluhur ketika hidup berkelompok dan menciptakan satu bahasa yang dipakai bersama kemudian disebut sebagai bahasa ibu. Karena itu ia mengajak semua pihak untuk bersama menjaga dan melestarikan bahasa daerah dan wajib meneruskannya kepada generasi.
Kegiatan bertajuk Revitalisasi Bahasa Rote ini menurut Wabup Stef mengindikasikan mulai terjadi kemunduran bahasa yang disebabkan oleh banyak faktor. Sehingga kegiatan ini dinilai tepat untuk terus mempertahankan eksistensi bahasa daerah sebagai jati diri masyaarakat dan daerah ini.
” Menunjukkan jati diri dari daerah ini. Mari kita sama-sama menjaga dan melestarikannya. Kalau disebut revitalisasi berarti bahwa ada mulai terjadi kemunduran bahasa. Artinya mulai bergeser karena perubahan jaman,” jelas Wabup Stef.
Dan dalam semangat revitalisasi bahasa di kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu yang difokuskan pada siswa SD dan SMP di Kabupaten Rote Ndao ini, lanjut Wabup Stef, penerapannya menjadi tanggung jawab besar pemerintah, orang tua dan guru. Sebab anak-anak ini kedepan akan melanjutkan tongkat estafet pembangunan yang salah satunya terkait bahasa.
” Karena itu kami berharap para guru di sekolah, salah satu muatan mata pelajarannya adalah bahasa daerah lebih khusus bahasa ibu tolong dilatih, diajarkan dan dibiasakan kepada anak-anak kita supaya mereka tetap bisa berbahasa Rote. Berada dimana pun mereka bisa menggunakan bahasa Rote. Juga orang tua agar kita ajarkan bahasa daerah kepada anak-anak kita. Kalau di rumah saya dan istri biasa bicara menggunakan bahasa Rote supaya anak-anak bisa mengerti,” ungkap Wabup Stef memotivasi.
Point dari revitalisasi bahasa ini, tegas Wabup Stef, agar anak-anak bisa berbahasa daerah dengan baik. Anak-anak harus dilatih untuk bisa menggunakan bahasa daerah. ” Kami orang tua punya tanggung jawab untuk meneruskan apa yang menjadi warisan leluhur kita. Kami atas nama pemerintah menyampaikan salam hormat kepada pimpinan Kantor Bahasa NTT. Kami berterima kasih dan berharap kegiatan seperti ini terus kita selenggarakan,” harap Wabup Stef.(Bidkom-DKISP)