Kupang–Mendagri Tjahjo Kumolo mengingatkan pemerintah dan masyarkat Nusa Tenggara Timur (NTT) tentang ancaman radikalisme.
“Kita tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan. Tetangga terdekat NTT adalah NTB (Nusa Tenggara Barat). Istrinya Santoso (teroris Poso) dari NTB,” kata Tjahjo di hadapan Forkompinda NTT di Kupang, Jumat (29/7).
Menurutnya ada 69 tokoh ISIS di Indonesia dan 48 orang di antaranya bermukim di Solo. Mereka mendatangi kepala daerah dan kepala sekolah yang bisa diajak bergabung.
Hasilnya kepala sekolah melarang siswa memberikan penghormatan kepada Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Padahal sekolah yang menerima paham ISIS tersebut berdekatan dengan kantor komando distrik militer (Kodim), namun tidak terdeteksi.
“Makanya deteksi (dini) itu kuncinya. Kami ingin seperti dulu, gela pecah di satu rumah di RT (Rukun Tetangga), hari itu juga Babinsa memberikan laporan. Gelasnya siapa, kok bisa pecah?, pecah karena apa,” tandasnya.
Dia mencontohkan rekrutmen anggota ISIS secara terbuka maupun tertutup tidak diketahui. Warga baru diketahui bergabung dengan organisasi radikal setelah mereka meninggalkan daerahnya. Bertolak dari kondisi tersebut, Tjahjo mengingatkan pemerintah NTT tetap waspada.
Pada kesempatan tersebut, Tjahjo mengatakan NTT tidak termasuk daerah rawan korupsi. Menurutnya area rawan korupsi meliputi penyusunan anggaran, pajak dan retribusi, pengadaan barang dan jasa, belanja hibah dan bansos, serta perjalanan dinas. (gma/sumber: mi-palce amalo)