Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu pilar NKRI yang berada pada gugusan pulau terselatan, perbatasan dan terdepan Negara Australia. Kabupaten Rote Ndao yang baru dimekarkan sejak tahun 2002 melalui UU No 9 Tahun 2002 sangat berkembang pesat .Gerak maju pembangunan Daerah terus melaju ke depan melalui berbagai bidang pembangunan Daerah. Salah satunya dibidang Kelautan dan Perikanan yang kaya akan potensi perikanan, baik itu perikanan laut maupun perikanan darat.

Pembangunan perikanan diarahkan pada perikanan moderen yang beroreantasi pada agrobisnis, berbudaya industri, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan.  Penggelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan juga dilakukakan secara rasional, efesien, berhasil dalam mewujudkan, memberdayakan serta meningkatkan kesejahteraan petani nelayan yang profesional, maju dan mandiri melalui eksploitasi, eksplorasi dan konservasi kekayaan laut berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Sumberdaya perikanan dan kelautan, baik perikanan tangkap maupun budidaya sangat potensial untuk dikembangkan guna mendorong pembangunan perikanan terutama di wilayah Kabupaten Rote Ndao.  Sumberdaya tersebut diantaranya jenis-jenis ikan pelagis dan demersalseperti ikan kembung (Rastrelling sp), ikan teri (Stelophorus sp), ikan tembang (Sardinella sp), kerapu (Epinephelus sp), ikan lencam (Lethrinus sp), ikan kakap (Lutjanus sp) dan sebagainya sedangkan jenis rumput laut seperti Euchemacottonii, hallymenia dan shakol serta pengolahan hasil perikanan seperti ikan asin, dodol rumput laut dan sebagainya. Sumberdaya diperkirakan memiliki potensi tangkap lestari ikan mencapai 17.875 ton/tahun.  Potensi yang baru dimanfaatkan rata-rata/tahun 30-40%.  Luas lahan untuk kegiatan budidaya cukup besar yaitu 32.675 Ha dengan pemanfaatan baru mencapai 10 Ha. Potensi  tersebut didukung oleh berbagai kehidupan komunitas perairan diantaranya ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove yang masih baik serta potensi budidaya budidaya rumput laut selain itu juga terdapat beberapa sungai/kali kecil yang merupakan daerah estuaria yang subur. Faktor lain yang turut  mendukung potensi perikanan di Kabupaten Rote Ndao adalah tingkat pencemaran industri dan rumah tangga masih rendah serta penggunaan alat tangkap masih bersifat sederhana/tradisional.

Peningkatan produksi perikanan terus dilakukan diantaranya melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perairan melalui kegiatan dan program, khususnya daerah pesisir yang diprioritaskan pada komoditi ekonomis penting. Untuk itu strategi pembangunan perikanan dititik beratkan pada alat tangkap, alat bantu penangkapan moderen maupun sarana dan prasrana budidaya rumput laut guna pemanfaatan sumberdaya perikanan yang belum tereksploitasi.

Salah satu cara yang ditempuh dalam upaya peningkatan hasil-hasil usaha perikanan adalah penggunaan metode dan alat tangkap yang sesuai dengan kondisi perairan tanpa merubah atau mengurangi keseimbangan lingkungan perairan tersebut, terutama  perairan pantai yang merupakan sumber perikanan tangkap.

Permasalahan didalam Gerak maju pembangunan Daerah dalam mengelola potensi sumberdaya perikanan masih  Kurangnya alat tangkap beserta perlengkapan baik secara kuantitas maupun kualitasnya sehingga mengakibatkan tingkat penangkapannya rendah, Struktur armada masih didominasi oleh armada tradisional, Kurangnya sarana  dan prasarana budidaya, Rendahnya pengetahuan teknis/teknologi (penangkapan, pembudidayaan dan pemasaran) pada tingkat nelayan dan petani, Organisasi nelayan dan pembudidayaan yang masih sangat lemah dalam struktur dan efektifitas manajemen rendah, Terbatasnya sumberdaya finansial untuk menunjang sektor kelautan dan perikanan, Kurangnya data pendukung yang lengkap dalam menunjang pengelolaan wilayah pesisir, Kurangnya aparat/tenaga teknis dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan. Berbagai permasalahan diatas, diperlukan perubahan-perubahan dari sentuhan dan perlakuan dari berbagai pihak, baik itu berupa bantuan dana atau modal usaha, sarana dan prasarana maupun upaya peningkatan SDM, demi memberdayakan ekonomi masyarakat Kabupaten Rote Ndao.   Umumnya masyarakat pesisir dan secara khusus masyarakat nelayan penangkapan ikan, petani budidaya rumput laut dan pemasaran hasil perikanan.

Potensi Perikanan :
  • Luas Perairan : 376 Km2                      
  • Panjang Garis Pantai :  330 Km
  • Lebar Garis Pantai :  7,2 Km
  • Perikanan Tangkap Lestari : 875 Ton/Tahun
  • Perikanan Tangkap yang Diperbolehkan : 300 Ton
  • Budidaya Laut : 675 Ha
  • Budidaya Perairan : 127 Ha
  • Budidaya Pantai : 12937 Ha
  • Budidaya Rumput Laut : 000 Ha
  • Budidaya Mutiara : 30 Ha
  • Tambak Garam : 206 Ha
  • Ekosistem Terumbu Karang : 714 Ha
  • Vegetasi Mangrove : 232 Ha
  • Balai Benih Ikan (BBI) : 3 Ha
  • Kawasan Minapolitan : 58 Buah
  • Sentral Kawasan Minapolitan : 3 Buah
Pemanfaatan Potensi Sumber Daya
  • Perikanan Tangkap (Catch) : 310 Ton/Tahun
  • Lahan BudidayaMutiara : 5 Ha
  • Lahan Budidaya Rumput Laut :  214 Ha
  • Lahan Budidaya Payau                                             : 5 Ha
  • Lahan Budidaya Perikanan Darat (Air Tawar) : 5 Ha
  • Lahan Tambak Garam : 5 Ha
Produksi Perikanan Tangkap Budidaya dan Pengolahan Hasil Perikanan, terdiri dari :
  • Ikan Demersal (Kerapu, Beronang, Kakap, dan lain-lain) =  368 Ton/Tahun
  • Ikan Pelagis (Tongkol, Cakalang, Kembung, Tembang dan lain-lain) =  942 Ton/Tahun
  • Pengolahan Hasil Perikanan =  92 ton/Tahun
  • Pengumpul/Pedagang/Pengecer =  249 orang
  • Perikanan Darat (Nila, Karper, Mujair, Lele, Bawal dan lain-lain) =  4 Ton/Tahun
  Armada
  • Jukung : 1.555 Unit
  • Perahu Tanpa Motor : 122 Unit
  • Kapal Motor : 246 Unit
  • Ketinting : 383 Unit
  • Perahu Layar : 59 Unit
Alat Tangkap
  • Bagan Apung : 12 Unit
  • Bagan Tancap : 4 Unit
  • Pancing Tangan : 407 Unit
  • Rawai Dasar        : 77 Unit
  • Gill Net : 1.799 Piece
  • Jala Tebar : 87 Unit
  • Purse Seine : 49 Unit
  • Pancing Tonda : 203 Unit
Pelabuhan Perikanan Rakyat : 24 buah (Papela, Mukekuku, Maioe, Korlok, Oeledo, Tesabela, Sonimanu, Oenggae, Hala, Tulandale,  Namodale,Baadale, Daudolu, Mbueain, Oebou, Hundihuk, Oelaba, Tolama, Tasilo, Say, Ndao, Nuse, Oeseli dan Batutua). Infrastruktur Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) : Break Water, Tambatan Perahu (jeti), Pelataran, Pasar Ikan, Pabrik Es Kapasitas produksi 10 Ton dan Cool Storage Kapasitas 30 Ton. Produksi Ikan tahun 2022 DATA PRODUKSI  IKAN DAN NON IKAN KOMULATIF TAHUN 2006 – 2016
         No        Jenis       Komoditi   Produksi  (Ton)         Ket.
       2006        2007         2008       2009        2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
I. Ikan :              
1  Ikan Pelagis 1.647 1.902 2.100 1.800       594          811 747 1.430 1.521 1.789 1.942 Basah
2 Ikan Demersal      1.138      1.268      1.400         571       396         706 814 1.225 1.225 1.470 1.368 Basah
Jumlah 2.785 3.170 3.500 2.371 990 1.517 1.559 2.632 2.746 3.259 3.310           Basah
II. Non Ikan :                  
1 Rumput Laut 5.086 6.505 6.127 7.334 1.512,50 946 903 2.179 2.179 18.230 16.074 Kering
2 Mutiara (gram)             –            –              –      5.122  4.777,90            – Gram
3  Cumi-Cumi        3,12      19,98      35,71      52,17        8,96            – 20,48 49.13 109 112 Kering
4 Teripang 70 92 32 32 77 66 34 5 35 39
     

Produksi Perikanan 2022

Rumput Laut

Rumput laut adalah komuditas unggulan sektor kelautan dan perikanan yang menjadi leading sektor pendokrak pembangunan di kabupaten Rote Ndao. keunggulan komperatif komoditi rumput laut adalah bahwa tidak membutuhkan investasi yang besar, cost oprasai rendah, lahan tersedia, umur pemeliharaan pendek yakni 45 hari, rasio pertumbuhan berat tinggi 1:15-20, tenaga kerja tersedia, permintaan pasar sangat tinggi, harga kompetitif, sarana transportasi cukup memadai, prasaran jalan ke daerah sentra industri cukup baik.

Metode yang digunakan dalam budidaya adalah metode Long Line (dominan), patok dasar / lepas dasar dan rakit. sistem Longline memiliki investasi yang murah tetapi rentan terhadap gelombang dan angin sedangkan sistem rakit biaya mahal tetapi tahan terhadap gelombang dan angin. jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah dari species Eucheuma Cotoniidari jenis Alga Merah (Rhodopy Ceae) yang mengandung polisakarida dan sejumlah protein, lemak, mineral dan vitamin. berdasarkan data potensi dan pemanfaatn yang baru mencapai 6,5% maak masih terdapat lahan tanam seluas 30.480,8 atau 93.21% yang belum dimanfaatkan dan dapat digunakan untuk ekspasi budidaya dan hasil produksi dijadikan bahan baku industri pengolahan tepung rumput laut atau industri ekstaksi karagenan.


Cumi-Cumi

Cumi-cumi sebagai salah satu komunitas unggulan perikanan tangkap di Perairan teritorial Kabupaten Rote Ndao memiliki potensi sebesar 2.681 ton per tahun dengan jumlah yang boleh di tangkap sehingga sumberdaya ikan tidak terdegradasi adalah 2.114,8 ton.

saat ini produksi cumi telah mencapai 82,35 ton kering atau setara dengan 247,3 ton basah dengan pemanfaatan 11,70%. dengan demikian peluang pengembangan produksi masih sekitar 1.867,5 ton atau 88,31% dari jumlah yang boleh di tangkap.

penangkapan cumi di Kabupaten Rote Ndao saat ini terdistribusi baru pada beberapa perairan Pulau Ndana kecamatan Rote Barat Daya, Pulau Do’o dan Nuse Kecamatan Rote Barat, yang mana perairan tersebut kaya akan sumberdaya ikan khususnya cumi-cumi. perairan bagian selatan dan perairan Kecamatan Rote Timur, Pantai Baru dan Rote Tengah belum dieksploitasi sama sekali. musim penagkapan cumi-cumi sepanjang tahun dengan musim puncak April sampai dengan Nopember.

Penangkapan Cumi-cumi umumnya dilakukan pada malam hari terutama hari-hari gelap (tidak dalam keadaan terang bulan) dengan m,enggunakan dua jenis alat tangkap yaitu jala lombo atau payang dan mini purse seini atau pukat cincin. jala lombo adalah pukat kantong yang digunakan untuk menangkap ikan permukaan (pelagic Fish) termasuk cumi-cumi. tingkat produktivitas alat ini rata-rata 250 kg cumi per hari.

Proses pengolahan cumi-cumi menggunakan dua metode yaitu cumi-cumi segar hasil tangkapan digarami kemudian di keringkan tanpa perebusan menghasilkan cumi-cumi asin kering kualitas second dengan harga yang lebih murah dan cumi-cumi segar hasil tangkapan di garami, rebus dan di keringkan menghasilkan cumi-cumi asin kering kualitas pertama dengan harga yang lebih mahal. sentra pengolahan cumi-cumi di Desa Tolama Kecamatan Rote Barat Laut dan Desa Oenggaut Kecamatan Rote Barat. cumi-cumi basah di jual dengan harga Rp.7000 per kg, cumi-cumi asin rebus kering harga Rp. 20.000 per kg dan cumi-cumi asin kering kualitas second harganya Rp. 17.000 per kg. semua hasil olahan cumi-cumi ini dipasarkan ke Jakarta dengan harga Berkisar antara Rp. 40.000 – Rp. 60.000 tergantung kualitas.


Ikan Kerapu

Ikan kerapu merupakan salah satu komunitas export adalan saat ini dengan permintaan pasar yang sangat tinggi namun terbatas dalam penyediaan stok dimana masih sangat bergantung dari hasil penangkapan di alam. Hal ini sangat menggangu stok alam mengingat harga yang cukup mahal dan intensitas penangkapan semakin meningkat sehingga budidaya dapat menajdi jalan keluar terbaik ikan kerapu merupakan jenis ikan karang dengan panjang total 3,3 – 3,8 kali tingginya, panjang kepala ¼ panjang total, leher bagian atas cekung dan semakin tua semakin cekung, sirip punggung semakin melebar ke belakang engan 10 duri keras dan 18 – 19 duri lunak, warna putih kadang kecoklatan dengan totol hitam pada badan, kepala dan sirip.

Menurut Bret dan Groves (1979), ikan kerapu bersifat stenohaline yaitu mempunyai kemampuan beradaptasin dengan lingkungan perairan berkadar garam rendah. Budidaya ikan kerapu merupakan salah satu produk unggulan sektor kelautan dan perikanan untuk mendongkrak pembangunan di Kabupaten Rote Ndao, mengingat potensi yang tersedia demikian menjanjikan dan belum dimanfaatkan optimum. Keunggulan komparatif kompetitif dari ikan karapu adalah memiliki harga jual yang tinggi, pangsa pasar tersedia, orentasi export, potensi perairan yang mendukung , ketersediaan induk di alam melimpah, tenaga kerja tersedia, serta dekat dengan daerah pemasaran. Produktivitas budidaya ikan kerapu tergolong tinggi yaitu diukur dari rasio pemberian pakan 5 – 7,5% per hari dari biomassa, kepadatan tebar (fase pendederan 200-250 ekor / m3, fase pengge – londongan 75-100 ekor / m3, pasca gelondongan hingga panen 20 – 25 ekor /m3), lintasan produksi 85-90% hingga ukuran konsumsi, pertumbuhan 3 – 3,5 cm per bulan.