Kupang (Kamis, 14 November 2024) – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Provinsi NTT – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melaksanakan acara peluncuran Video Klip Lagu Kura-kura Rote (https://www.youtube.com/watch?v= 1v_XJFemLnk) pada Kamis sore, 14 November 2024. Acara peluncuran Video Clip Lagu Kura kura Rote yang merupakan inisiasi dari Ralna Yansepa Nalle dan Renhat ‘Souljah Band’ yang didukung oleh BBKSDA NTT dan WCS Indonesia Program ini dikemas dalam CIC (Conservation in Conversation) yang dilaksanakan secara hybrid. Acara peluncuran secara luring dilaksanakan di kantor WCS Indonesia Program di Bogor dan disiarkan secara daring melalui live IG BBKSDA NTT https://www.instagram.com/bbksda_ntt/.
Lagu Kura-kura Rote diciptakan dan dinyanyikan oleh musisi kelahiran Kota Kupang yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, Ralna Yansepa Nalle. Produser lagu ini yaitu Benjamin Renhat (Souljah Band) yang sekaligus menjadi video director dalam pembuatan video klip lagu. Pembuatan lagu bertujuan untuk mempromosikan konservasi kura-kura rote dan meningkatkan kesadartahuan semua lapisan masyarakat untuk ikut mendukung pelestarian kura-kura rote (Chelodina mccordi). Kegiatan ini menjadi bagian dari kolaborasi para pihak yang tergabung di Pokja Kolaboratif Pemulihan Populasi Kura-kura Rote.
Dalam sambutannya, Kepala Balai Besar KSDA NTT, Ir. Arief Mahmud, M.Si. menyampaikan bahwa saat ini kura-kura rote yang merupakan satwa endemik Pulau Rote menghadapi situasi yang cukup serius, dengan status sudah dianggap punah di alam (extinct in the wild). Balai Besar KSDA NTT, dengan dukunganWCS-IP, melakukan upaya untuk memulihkan populasi kura-kura rote di habitat alaminya. Upaya konservasi kura-kura rote membutuhkan dukungan dari semua pihak dalam program kolaborasi dengan seluruh stake holder.
Dalam tiga tahun terakhir ini Balai Besar KSDA NTT, dengan dukungan WCS-IP sebagai mitra, telah melaksanakan repatriasi, mengembalikan kura-kura rote dari Amerika dan Eropa untuk dikembalikan ke Indonesia, dan dikembangbiakkan di Kota Kupang. Alhamdulillah Balai Besar KSDA NTT berhasil mengembangbiakan kura-kura rote ini di fasilitas yang dikelola bersama BBKSDA NTT dan WCS-IP. Saat ini ada kurang lebih 160 butir telur yang sedang disiapkan untuk menetas, untuk dipelihara hingga cukup usia dan dikembalikan ke habitat alaminya. Balai Besar KSDA NTT juga sudah melakukan soft rilis kura-kura rote secara bertahap. Bulan lalu ada empat individu yang dilepasliarkan dan minggu depan insya Allah akan dilakukan soft release empat individu lagi. Rencananya awal tahun 2025 kita akan rilis lebih banyak lagi.
“Ini adalah sebuah keberhasilan dari kolaborasi semua pihak, karenanya kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak termasuk WCS-IP atas dukungannya selama ini,” ucap Kepala Balai Besar KSDA NTT. Pada kesempatan yang sama, Kepala Balai Besar KSDA NTT juga menyampaikan sangat mengapresiasi kontribusi seniman dan musisi dalam memberikan penyadartahuan kepada semua pihak di Pulau Rote, Provinsi NTT, dan masyarakat lebih luas di Indonesia. Penghargaan khusus juga untuk Kak Ralna dan Bang Renhat yang telah berinisiatif menciptakan lagu terkait dengan kura-kura rote. Kedua Musisi ini membantu kita dalam menyampaikan pesan konservasi untuk meningkatkan kesadartahuan masyarakat tentang pelestarian alam, khususnya konservasi kura-kura rote dengan cara yang berbeda. Caranya adalah dengan bermusik, yang diharapkan akan menjangkau khalayak yang lebih luas karena musik adalah sesuatu yang universal sifatnya.
Ralna Yansepa saat wawancara diacara bincang-bincang menyampaikan bahwa ia menyambut baik ajakan Balai Besar KSDA NTT dan WCS-IP karena menurutnya, memang harus ada generasi muda yang peduli dengan lingkungan. “Saya seumur hidup tidak pernah tau ada kura-kura rote, sampai saya menciptakan lagu kura-kura rote ini. Sampai-sampai pernah dinyatakan punah di alam pun saya tidak tahu. Menurut saya miris sekali, padahal saya orang Rote yang lahir dan besar di Kota Kupang,” ujarnya. Karenanya ketika diceritakan bahwa ada program repatriasi kura-kura rote dan Upaya pengembalian populasi di habitat alaminya, Ralna menyambut baik dan berupaya berkontribusi dengan membuat lagu tentang kura-kura rote. Ralna mengaku banyak mencari tahu melalui google, berita-berita, ataupun melalui tulisan dan jurnal, untuk belajar tentang kura-kura rote. Dari pengetahuan yang ia kumpulkan, ia tuangkan ke dalam lirik lagu.
Bagi anak-anak 90an yang tumbuh bersama lagu-lagu Band Souljah, sosok Renhat cukup lekat sebagai musisi yang juga memproduksi lagu-lagu untuk industri musik. Tak disangka juga kalau Renhat kemudian memproduseri lagu etnis seperti “Manalolo Banda”, dan sekarang lagu dengan tema konservasi. Renhat tidak ingin lagu kura-kura rote dibuat asal asalan, taua aransmen sederhana dengan akustik saja. “Saya maunya (lagu kura-kura rote) dibuat seperti trailer film, kaya di film-film Disney. Jadi tidak norak kalau dibawa ke luar negeri,” ujar bassist grup band Souljah ini. Reinhat juga sudah memikirkan konsep go international dengan menyiapkan lagu kura-kura rote versi Bahasa Inggris dan juga versi bahasa Rote. Dalam produksi video klip lagu kura-kura rote, Renhat menginginkan ada drama gitu dan melibatkan warga hingga tokoh masyarakat adat. Renhat juga menerangkan, “Konservasi itu yang biasa ngomong orang tua, tetapi kan konservasi itu harus ada regenerasi. Saya ingin ada ceritanya supaya anak kecil yang ada di video itu begitu sudah tua, dia gak mau jual kura kura rote. Jadi membentuk rasa memiliki, tanggung jawab dan rasa bersalahnya kalau dia jual.”.
Dr. Noviar Andayani, Country Director WCS-IP mengatakan bahwa melestarikan kura-kura rote sangat penting bagi penghidupan masyarakat di Pulau Rote. Dengan mengontrol serangga yang menjadi hama tanaman, vegetasi di danau terjaga dan penguapan dapat dikurangi, sehingga cadangan air tawar di danau dapat tersimpan dengan baik. “Kembalinya kura-kura rote ke bumi Flobamora dan proses pelepasliaran kembali ke habitat alaminya di Pulau Rote diharapkan menjadi momentum yang baik bagi pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat Kabupaten Rote Ndao, NTT, untuk pemulihan populasi satwa endemik kebanggaan daerah. WCS-IP selalu siap mendukung upaya-upaya konservasi satwa liar yang dilaksanakan Balai Besar KSDA NTT,” imbuh Noviar Andayani.*(Bidkom_DKISP Rote Ndao/Balai Besar KSDA Prov. NTT)