Sesuai data yang di update Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) hingga Rabu (1/4) pukul 18.00 Wita, jumlah Orang Dalam Pemantauan meningkat menjadi 37 orang atau bertambah dua orang dari Selasa (31/3), yakni sebanyak 35 orang.
Demikian rilis Gugus Tugas Percepatan Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Rote Ndao yang ditandatangani Kepala Bagian Umum, Humas, dan Protokol Setda Rote Ndao Handryans Bessie, yang diterima media ini, Rabu (1/4) petang.
Dalam rilis tersebut, juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Rote Ndao dr. W. P Adhy,Sp.PD menjelaskan, penambahan dua ODP tersebut, yakni satu di Kecamatan Lobalain dan satunya di Rote Barat Daya.
Ia menjelaskan 37 ODP tersebut tersebar di tujuh wilayah kecamatan, yakniLobalain sebanyak 12 orang, Pantai Baru tiga orang, Rote Barat tiga orang, Rote Barat Daya 13 orang, Rote Barat Laut satu orang, Rote Tengah satu orang, dan Rote Timur empat orang.
Sedangkan, Orang Yang Diperiksa di Rumah (ODR) yang semula 349 orang bertambah menjadi 384 orang, terdiri dari Orang dari Area Risiko (OAR) 248 orang, yang melakukan Kontak dengan orang berisiko Rendah (KR) sebanyak 125 orang, dan yang melakukan Kontak dengan orang berisiko Tinggi (KT) sebanyak 11 orang.
“Adanya kenaikan ODP dan ODR tersebut karena kenaikan orang yang melakukan kontak dengan OAR dan kontak dengan ODP. Jumlah OAR kita memang cenderung menurun, tapi kita masih pantau hal ini apakah memang orang dari area risiko yang dating ke Rote menurun atau orang tidak jujur mengisi data. Sementara hingga saat ini belum ada yang masuk dalam kategori Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Suspect, maupunPositif Corona,” kata dia.
Masih menurutnya, terkait jumlah OAR dan ODP yang menempati karantina di Rusun Ne’e, sesua data Senin (30/3) sebanyak 13 OAR dan 6 ODP, Selasa (31/3) sebanyak 37 OAR dan 6 ODP, dan Rabu (1/4) 26 OAR dan 7 ODP. Sementara yang melaksanakan karantina mandiri di rumah masing-masing sebanyak 358 orang.
Terkait anggaran yang dialokasikan untuk pencegahan maupun penanganan Covid19, dr Adhy katakan, pada prinsipnya penanganan Covid 19 adalah prioritas pemerintah dalam penganggaran APBD. Bahkan, sudah dilakukan proses realokasi anggaran dari OPD- OPD untuk mendukung upaya Percepatan Pencegahan dan Penanganan Covid 19.
“Jadi setiap OPD berkontribusi terhadap gugus tugas, baik secara anggaran maupun sumber daya lainnya,” kata dia.
Menurutnya, peralatan APD sudah dipesan sebelumnya,sebagian sudah ada yang dalam perjalanan. Kendalanya adalah ketersediaan alat yang dibutuhkan sangat terbatas di pasar. Namun, GugusTugas juga telah menerima bantuan APD hasil donasi pihak lain yang bersimpati, dan sebagian juga masih dalam pengiriman.
Soal kesiapan RSUD dan Puskesmas. Jelas dr Adhy, pada prinsipnya selalu siap, di mana saat ini terus melakukan pemantauan semua OAR dan ODP sesuai protokol yang ada. Penangan sementara dilakukan sesuai dengan protocol kesehatan dan protokol gugus tugas.
Kendala yang dihadapi, kata dia, adalah ketikaada OAR tapi tidak jujur dalam mengisi data, sehingga tidak terpantau dan beberapa hari kemudian dilaporkan oleh masyarakat jika yang bersangkutan sakit. Jeda waktu antara tiba di Rote dan muncul gejala sakit tidak terpantau aktivitasnya dan kontaknya dengan siapa saja.
“Ini yang mengkhawatirkan kita. Apalagi jika orang-orang seperti ini langsung berobat ke Puskesmas atau dokter, maka tenaga medis akan mengira jika yang bersangktan sakit batuk pilek biasa dan ditangani tanpa protocol Gugus Tugas Covid-19. . (humaspemdaRN)