Pembangunan terminal Bandara David Contantijn Saudale (D.C Saudale) di Lekunik, Desa sanggoen, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, sampai saat ini secara fisik sudah rampung alias 100 persen. Walau kondisi fisik telah rampung, namun pemanfaatan terminal itu belum bisa digunakan, karena daya angkut/power PLN tidak bisa mengangkut beban pelayanan conveyor dan AC, serta sarana lainnya yang menggunakan aliran listrik. Demikian dikatakan Kepala Bandara D.C. Saudale, I Ketut Gunarsa diruang kerjanya, selasa (15/7) siang.
Menurut Ketut, jika saja power PLN bisa mengangkut beban yang ada, maka pihaknya akan mengusulkan kepada pihak direktorat kementrian perhubungan untuk dilakukan penghapusan bangunan terminal lama D.C Saudale.
“Namun sayangnya belum bisa, sehingga untuk sementara waktu terminal lama tetap digunakan.”
“dalam DPA tahun 2015 ini baru saya usul dan saya minta kalau bisa powernya sampai dengan 131 KVA, agar bisa beroperasi terminal baru itu. Kalau soal sarana lain dan fisik bangunan sudah 100 persen rampung. Kalau kita paksakan untuk beroperasi, maka yang pasti pelayanan terminal kita kurang maksimal, karena yang pasti ruang tanpa AC dan tanpa conveyor, “ungkapnya.
Namun, katanya dirinya akan berusaha semaksimal mungkin agar terminal itu bisa dimanfaatkan dengan berkoordinasi dengan kantor Pusat, seperti apa penggunaannya dalam keadaan listrik yang seperti sekarang ini.
Terkait apakah sudah dikoordinasikan dengan Pemkab. dan PLN terkait masalah itu? Gunarsa katakan ini program tahun 2014, dan bukan dirinya yang mendesain itu mantan Kabandara yang sebelumnya, sehingga baru dia mengusulkan dalam DPA tahun 2015 nanti.
Sementara katanya, untuk pekerjaan perpanjangan landasan pacu dan apron (pelataran pesawat : adalah bagian dari bandar udara yang digunakan sebagai tempat parkir pesawat terbang), juga sudah selesai, namun masih menunggu verifikasi dari tim pusat, sehingga kalau sudah selesai, namun masih menunggu verifikasi dari tim pusat, sehingga kalu sudah verifikasi baru ditetapkan siap operasi landasan bandara itu.
“kalau sudah verifikasi baru bisa diclear panjang landasan itu menjadi 1.650 meter, sekarang kan belum di clear jadi kita masih tetap pakai yang 1.200 meter saja, karena 150 itu secara teknis belum diverifikasi, jadi kita tidak berani bilang total seperti itu, memang itu mekanismenya, begitu pula dengan luas aproan atau tempat parkir pesawat yang selama ini luasnya hanya mencapai 70 meter, jika nanti sudah diverifikasi maka menjadi 150 meter dengan pelebaran itu jumlah pesawat yang parkir akan meningkat dibanding dengan saat ini, “katanya.
Lebih lanjut Ketut mengungkapkan, Bandara D.C Saudale yang saat ini masuk dalam klasifikasi kelas empat, kedepannya, dengan aktifitas pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana pendukung, diharapkan bisa naik satu tingkat yang lebih atas yakni kelas tiga.
“tentunya kita tidak hanya bisa bertahan sampai pada kelas empat, tapi bagaimana untuk status bandara kedepannya bisa kita tingkatkan, “katanya.
Diharapkan status bandara itu karena diikuti dengan pembangunan tambahan fasilitas sarana prasarana dan infrastruktur. seperti saat ini sementara pekerjaan perpanjangan landasan pacu dengan tambahan sejauh 450 meter, sehingga nanti landasan pacu bandar udara D.C Saudale menjadi 1.650 meter. Kalau landasan pacu bandara sudah panjang 1.650 meter, maka sudah bisa didarati pesawat jenis ATR72.
“Untuk sekarang ya hanya pesawat jenis Voker 50 yang bisa mendarat. Makanya itu dengan masuknya pesawat jenis ATR72 ini status bandara disini bisa naik kelas, “terangnya. Dirinya pun berharap dukungan pemerintah dan masyarakat Rote Ndao melalui dorongan naik pesawat agar pesawat di Rote bisa melakukan penerbangan secara reguler. “kita tahu orang Rote jarang naik pesawat, naik apabila cuaca buruk dan tidak ada transportasi laut, makanya kita berharap kedepan rubah pola itu agar pesawat bisa reguler. Saya contohkan orang-orang Pemda itu harus bisa gunakan pesawat setiap saat apabila tugas keluar kota, supaya bisa memacu pesawat reguler, “katanya. Sebagaimana diketahui pembangunan terminal baru itu menggunakan anggaran kurang lebih Rp. 10 milyar, saat ini sudah rampung, namun belum bisa dimanfaatkan, karena masalah daya dari PLN tidak mencukupi.
[Roteonline]